Liputan6.com, Denpasar - Masyarakat Bali sebenarnya memiliki kearifan lokal yang diyakini bisa untuk menghindari terjangkit penyakit HIV/AIDS. Hal itu tak lain adalah 'mulat Sarira', yaitu merefleksikan ataupun instrospeksi diri terhadap perilaku yang diterapkan sehari-hari.
Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta menjelaskan bahwa prinsip mulat sarira itu bisa mencegah HIV/AIDS sejak dini. Dengan mulat sarira, perilaku yang tidak sehat dan dapat menyebabkan penyebaran penyakit HIV/AIDS dapat dicegah.
Dengan berbagai kasus yang terjadi di Bali, Sudikerta mengimbau masyarakat untuk lebih mawas diri dan menjaga perilaku sehat. Selain itu, juga diharapkan bagi para kader peduli HIV/AIDS terjun hingga tingkat sekolah dan masyarakat di desa.
Advertisement
"Sehingga dapat menyebarluaskan informasi mengenai HIV/AIDS ini baik dari segi penularan maupun pencegahannya," kata Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali itu.
Dia mengungkapkan, bahwa sebaran kasus HIV/AIDS yang ada di Bali sudah meluas. Konsentrasi terbanyak terdapat di Kota Denpasar sebesar 4.974 kasus, Buleleng 2.203 kasus, dan Badung sebanyak 1.998 kasus.
Kasus terbanyak menyasar pada masyarakat usia produktif yaitu antara 15-49 tahun, berasal dari kalangan siswa/i SMP, SMA dan angkatan kerja baik swasta. Tak hanya itu, kalangan PNS bahkan TNI/POLRI tidak luput dari serangan HIV/AIDS.
"Sedangkan cara penularan terbanyak melalui hubungan seksual yang sembarangan, penggunaan jarum suntik dan alat-alat bedah yang tercemar HIV/AIDS," jelas Sudikarta.
Baca Juga
Sudikerta meminta para pengidap HIV/AIDS Sudikerta agar melakukan rehabilitasi, serta lebih intensif menerapkan perilaku hidup sehat. Perilaku itu seperti penggunaan jarum suntik yang steril, penggunaan kondom secara konsisten khususnya bagi para pecandu seksual, minum obat Anti Retroviral (ARV) bagi mereka yang sudah terjangkit HIV/AIDS, serta berbagai cara-cara hidup sehat lainnya.
Sementara itu, Juru Bicara Ikatan Spiritual Muda Pererepan Sari Denpasar, Jero Paksi  menegaskan mulat sarira sebagai cara untuk membentengi diri dari virus HIV/AIDS. "Mulat sarira itu adalah pengendalian diri. Maknanya luas. Pengendalian diri dalam konteks penyebaran HIV/AIDS adalah agar tak terjebak dalam perilaku seks tak sehat,"
Ia mengajak semua pihak untuk membentengi diri dari perilaku seks tak sehat. Hari raya Pagerwesi yang jatuh pada pekan lalu adalah momentum tepat untuk meredam perilaku tak sehat yang menjadi pemicu awal penyebaran virus HIV/AIDS.
"Pagerwesi sangat tepat ditanamkan bagi pasangan suami istri dan generasi muda dalam memperkukuh iman. Apalagi, penyebaran HIV/AIDS melalui seks bebas dan bahaya narkoba makin merajalela," kata Jero.