Nyaris Sejuta Warga Sumbar Tinggal di Zona Merah Tsunami

Meski berada di zona merah, jumlah shelter serta jalur evakuasi yang ada masih tidak sebanding dengan kebutuhan.

oleh Erinaldi diperbarui 04 Mar 2016, 21:26 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2016, 21:26 WIB
Papan Pengumuman Evakuasi Tsunami
Papan pengumuman evakuasi tsunami di Padang. (Liputan6.com/Erinaldi)

Liputan6.com, Padang - Sebanyak 951 ribu warga di Sumatera Barat berada di zona merah tsunami. Jumlah tersebut berada di tujuh kabupaten/kota di Sumatera Barat yang berada di pantai barat Samudera Hindia.

"Mereka ini terpapar bahaya ancaman tsunami," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Sumbar Zulfiatno, Jumat (4/3/2016).

Menurut data BPBD Sumbar, pengurangan risiko bencana di tujuh daerah kawasan pesisir tersebut membutuhkan sistem peringatan dini dan sejumlah gedung yang difungsikan sebagai shelter bagi masyarakat yang terpapar. Daerah terpadat di zona merah tersebut yakni Kota Padang.

Menurut Kepala BPBD Dedi Henidal mengatakan, di Padang sebanyak 512 ribu orang terancam bahaya gelombang tsunami. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah shelter tsunami yang ada saat ini.


"Shelter yang ada saat ini kapasitas 160 ribu, jadi kita masih membutuhkan shelter tambahan," kata Dedi Henidal.

Selain shelter, kata Dedi, jalur evakuasi juga masih menjadi masalah karena belum mencukupi beban pengguna jalan saat terjadi bencana. Fakta menunjukkan, kemacetan di sejumlah titik terjadi saat gempa 7,8 Skala Richter mengguncang di perairan Samudera Hindia, Rabu malam, 2 Maret 2016.

"Kita butuh 17 jalur evakuasi untuk meminimalkan risiko bencana," kata dia.

Secara nasional, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, 136 kabupaten/kota di Tanah Air tergolong rawan bencana. Menurut Kepala BNPB, William Rampangilei, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait pengurangan risiko bencana dan masuk dalam RPJMN 2015-2019.

Pihaknya meminta daerah untuk menyiapkan RPJMD untuk diajukan ke pusat.

"Sumbar akan jadi prioritas," ucap William Rampangilei.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya