Kisah Kakek Hidup Bersama Buaya Selama 9 Tahun

Safaruddin selama ini tak mengetahui akan mengembalikan buaya itu ke mana?

oleh Aceng Mukaram diperbarui 20 Mar 2016, 07:08 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2016, 07:08 WIB
Buaya bekatak
Buaya bekatak peliharaan Safaruddin akhirnya diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat. (Liputan6.com/Raden AMP)

Liputan6.com, Pontianak - Sembilan tahun sudah Safaruddin memelihara dan merawat buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus). Pria berumur 68 tahun ini merawat reptil ini sudah seperti keluarganya sendiri.

Ia bahkan menyuapi buaya ganas ini dengan penuh kasih sayang. Seminggu sekali, pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) ini memberikan makanan pada buaya berupa ayam. Buaya tersebut ia tangkarkan di sebuah kandang berukuran sempit.

Namun pada Sabtu 19 Maret 2016, ia harus kehilangan buaya peliharaannya. Sebab, ia tak ingin buaya tersebut suatu saat menimbulkan masalah atau sakit. Safaruddin pun menyerahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat.

Sembilan tahun lalu, Safaruddin mendapati buaya ini depan rumahnya. Ketika itu, warga sekitar ramai-ramai melihat buaya yang masih kecil tersebut.

"Dapatnya subuh. Orang ribut-ribut di luar rumah saya. Ini malah buayanya dipukul-pukul orang, jadi agak lemas," ucap Safaruddin saat ditemui di rumahnya di Jalan Tabrani Ahmad, Gang Maria 2, Kelurahanan Sungai Jawi Dalam, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (19/3/2016).

Buaya yang masuk ke halaman rumahnya nyaris dibunuh warga. Mereka menganggap buaya berbahaya bagi manusia. Sejurus kemudian, ia pun bergegas menghalau warga supaya jangan membunuh buaya. "Saya bilang, jangan dibunuh. Ini makhluk kita. Dia stres. Satu bulan enggak mau makan," kata dia mengenang peristiwa itu.

Selama 9 tahun, ia bersama buayanya sudah banyak kenangan. Sebab, buaya tersebut sudah bagian dari keluarganya. Ia mengaku sangat berat rasanya melepas buaya berjenis kelamin buaya yang diberi nama Bona.

"Sudah 9 tahun saya pelihara buaya muara ini. Saya sedih, dia (pun) benturkan mulutnya ke tembok. Saya ikhlas menyerahkan ke BKSDA," imbuh Safaruddin.

Semenjak ia memelihara buaya, banyak warga setempat berkunjung ke rumahnya untuk melihat reptil dengan panjang 3 meter dan berat diperkirakan 200 kilogram ini. Namun, ia juga menyadari memelihara buaya tidak diperbolehkan.

Safaruddin berpikir bagaimana caranya mengembalikan buaya yang sudah mulai dewasa ini. Berkat adanya informasi, ia mendengar kabar BKSDA Kalimantan Barat siap menerima buaya tersebut.

Buaya bekatak peliharaan Safaruddin akhirnya diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat. (Liputan6.com/Raden AMP)

"Saya mau menyerahkan. Saya bingung, mau menyerahkan ke mana. Mungkin lebih terpelihara. Yang takutnya penyakit. 5 Hari sekali dia makan ayam tiren. Dia makan sendiri. Kalau dia sakit, itu yang susah," Safaruddin menjelaskan.

Sementara itu, Kepala BKSDA Kalimantan Barat Sustyo Iriyono menjelaskan, buaya muara tersebut kini sudah selesai dievakuasi timnya. Ia pun mengatakan buaya tersebut sudah diberangkatkan ke tempat yang aman.

"Hari ini Sabtu, 19 Maret 2016, buaya muara nama Bona (9 tahun), pemeliharanya bapak Safaruddin berhasil dievakuasi oleh Tim BKSDA Kalbar. Untuk selanjutnya dititip rawat ke Lembaga Konservasi Sinka Zoo, Kota Singkawang," ujar dia.

Hingga kini populasi buaya muara di Kalimantan Barat masih banyak. Namun demikian, ia belum mendata secara lengkap berapa total jumlahnya reptil tersebut. "Belum dihitung. Masih belum kritis, ya masih banyak," tutup Sustyo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya