Kisah Beruang Madu yang Jadi Korban Ketakutan Manusia

Jika beruang terus menjadi korban, sejumlah spesies pohon buah hutan, seperti cempedak, lama-lama akan menghilang.

oleh Erinaldi diperbarui 09 Apr 2016, 15:02 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2016, 15:02 WIB
Konflik Beruang versus Manusia
Satu ekor beruang madu berada di dalam kandang sebagai barang bukti sindikat jual beli satwa dilindungi dan menangkap enam tersangka, Jakarta, Rabu (18/11). (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Padang - Konflik manusia dan beruang madu di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) nyatanya berawal dari ketakutan manusia pada harimau. Indikasinya adalah banyaknya beruang madu yang terperangkap jerat harimau.

Peneliti Fauna & Flora International (FFI) Debby Matier mengungkapkan, 10 ekor beruang madu terperangkap jerat harimau saat patroli gabungan tim FFI dan TNKS pada tahun lalu. Mereka menjadi korban karena mencari makanan di luar habitatnya.

"Habitat terganggu, mereka (beruang madu) sering terancam jerat harimau," kata Debby pada Liputan6.com, Jumat, 8 April 2016.

Debby mengatakan bagi beruang, jebakan yang terpasang itu bukan dipandang sebagai konflik. Beruang, kata dia, menganggap perangkap itu sebagai sumber makanan baru yang tidak ditemukannya di dalam hutan.

"Logikanya, saat hewan ini menemukan ada yang lebih enak dibanding makan di dalam hutan, hewan ini akan kembali untuk mengambil makanannya," ujar Debby.

Ia juga menilai salah persepsi manusia terhadap sosok spesies beruang terkecil di dunia itu yang menjadi penyebab timbulnya konflik. Menurut Debby, meski memiliki kuku dan gigi tajam, beruang madu sesungguhnya bukan pemakan daging.

Jagung adalah makanan yang menjadi kesukaan hewan yang menginspirasi karakter Winnie The Pooh itu. "Mereka tidak makan daging, tapi buah dan sayur-sayuran," ujar Debby.

Hal senada diungkapkan peneliti beruang asal Inggris, Wai Ming Wong. Menurut Wai, konflik yang terjadi antara manusia dan beruang adalah sebatas pemikiran manusia yang terganggu dengan kehadiran hewan itu di ladang mereka.

"Bagi beruang, ini bukan konflik, tapi ada yang menyediakan makanan untuk mereka. Tentunya hewan ini akan kembali pada waktu tertentu," kata Wai kepada Liputan6.com.

Ia menduga terganggunya habitat beruang di dalam hutan menjadi salah satu alasan mereka untuk ke luar. "Tapi mungkin mereka mulai menikmati makanan dari ladang warga," ucap Wai.

Beruang madu merupakan hewan yang hidup secara individual dalam kawasan seluas 16 hektare persegi. Jika ditemukan bergerombol--lebih dari seekor--diduga kuat sebagai keluarga antara induk dan anak.

Populasi beruang madu diyakini terus menurun. Kondisi itu menjadi ancaman serius bagi keseimbangan alam karena fungsi beruang terbilang vital dalam menyebarkan biji-bijian.

"Peran beruang yang suka makan buah sangat penting dalam sebarkan biji-bijian. Kalau secara umum, dampak utama kalau beruang habis pada beberapa jenis pohon buah hutan seperti cempedak," kata Wai yang juga fokus meneliti harimau di Asia.

"Tawon juga mungkin senang kalau beruang habis saya pikir," ujar Wai berseloroh.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya