Coto Kuda Marak di Jeneponto, untuk Kejantanan?

Kuliner olahan daging kuda tersebar di Jeneponto, dahulu untuk para bangsawan.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 11 Apr 2016, 05:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2016, 05:00 WIB
Coto kuda
Coto kuda marak di Jeneponto

Liputan6.com, Jeneponto - Sebagian besar warga Kampung Turatea, sebutan Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, meyakini daging kuda dapat meningkatkan vitalitas dan stamina. Bahkan, daging kuda bisa jadi salah satu sarana untuk mendongkrak status.

Di Jeneponto yang identik dengan hasil pesisir pantai, yakni garam dan ballo (minuman fermentasi yang terbuat dari buah lontar), kini banyak dijumpai orang menjual kuliner daging kuda. Seperti pantauan Liputan6.com, di Kabupaten Jeneponto banyak iklan warung makan coto kuda dan konro kuda  khas Turatea.

Makanan ini dibuat dari iga yang direbus bersama dengan sejumlah bumbu seperti ketumbar, kayu manis, cengkeh, daun salam, lengkuas, garam dan air asam jawa. Kuliner ini dahulu merupakan sajian khusus untuk para karaeng, sebutan untuk para raja dan bangsawan di Jeneponto.

Seorang warga Kabupaten Jeneponto, Rudi, mengatakan coto kuda banyak tersedia sepanjang jalan poros Jeneponto yang berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Bantaeng.

"Coto daging kuda hingga kini jadi hidangan khas yang eksklusif di acara-acara perayaan atau pesta masyarakat. Selain khasiatnya diyakini menambah stamina dan vitalitas kaum pria," kata Rudi kepada Liputan6.com, Minggu (10/4/2016).

Neni, pedagang coto kuda, mengatakan perbedaan coto Makassar hanya ada pada daging atau jeroan yang digunakan. Kalau coto Makassar makanan berkuah yang berbahan dasar daging atau jeroan sapi seperti babat dan bumbu yang dipakai adalah sereh, lengkuas dan jahe.

Lalu cara menikmati coto kuda Jeneponto sama ketika menikmati coto Makassar, yakni disajikan dengan ketupat atau nasi. "Daging kuda terkenal dengan berbagai khasiat dan memiliki kandungan lemak yang cukup rendah dari sapi," kata Neni.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya