Ziarah Toleransi di Bukit Kasih Kanonang

Sejumlah infrastruktur Bukit Kasih Kanonang rusak.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 11 Jul 2016, 06:02 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2016, 06:02 WIB
Bukit Kasih Kanonang
Wisata religi Bukit Kasih Kanonang andalan Sulut (Liputan6.com / Yoseph Ikanubun)

Liputan6.com, Kawangkoan - Berkunjung ke bumi nyiur melambai Sulawesi Utara (Sulut) yang terkenal dengan semboyan 'torang samua basudara' (kita semua bersaudara), tak lengkap sebelum ke Bukit Kasih Kanonang. Kawasan seluas lebih kurang empat hektare ini merupakan objek wisata religi, dengan monumen kerukunan berdiri kokoh di tangga masuk.

Tak sulit untuk menjangkau kawasan ini. Dengan menggunakan kendaraan bermotor dari Manado, cukup membutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan. Setelah melewati kawasan Gunung Lokon Tomohon, dan menempuh jarak sekitar 60 Km, akan sampai di kawasan yang dibangun oleh mantan Gubernur Sulut, Adolf Sondakh ini.

Pembangunan Bukit Kasih ini tak lepas dari peran paman Anggelina Sondakh yang menjabat Gubernur Sulut tahun 2000–2005. "Termasuk mengapa dipilih lokasi di Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa ini, karena merupakan kampung halaman Adolf Sondakh," ujar Santje Polii, warga Desa Kanonang, kepada Liputan6.com, Rabu 7 Juli 2016.

Untuk bisa menyusuri seluruh area objek wisata ini dibutuhkan stamina yang prima. Setelah menaiki tangga masuk, dan berfoto di monumen kerukunan itu, untuk bisa menjangkau seluruh kawasan Bukit Kasih, maka pengunjung harus berjalan mendaki perbukitan.

"Untuk bisa mengelilingi bukit kasih ini, dibutuhkan waktu satu hingga dua jam, tergantung stamina dari para pengunjung," ucap Santje yang sehari-hari sebagai tour guide selain juga menjajakan aksesori khas Bukit Kasih.

Ada sedikitnya 2.435 anak tangga yang harus dilalui jika ingin mencapai puncak. Jika berhasil menembusnya, maka pengunjung bisa menemukan lima rumah ibadah masing-masing masjid, gereja Katolik, gereja Protestan, kuil Budha, dan Pura. "Ini simbol kerukunan umat beragama di Sulawesi Utara," tutur dia.

Jika melalui jalur yang lain, yang merupakan puncak tertinggi Bukit Kasih, maka akan ditemukan sebuah salib besar setinggi 53 meter. "Sayangnya memang pembangunan salib ini belum rampung. Juga jalan lintas serta anak-anak tangga yang sudah mulai rusak, sehingga kami cukup kesulitan menggapai puncak ini," ujar Widia Palit, warga Manado, Sulut, yang datang bersama keluarganya berwisata ke Bukit Kasih.

Wisata religi Bukit Kasih Kanonang andalan Sulut (Liputan6.com /  Yoseph Ikanubun)

Setelah mencapai puncak bukit dengan lima rumah ibadah serta salib, pengunjung akan berjalan menuruni perbukitan untuk kembali ke monumen kerukunan. Bagi pengunjung yang kelelahan tak perlu kuatir, karena pihak pengelola menyediakan jasa pijat refleksi dengan berendam di air belerang yang panas.

"Untuk setiap 30 menit pijat refleksi dengan kaki yang diredam di air belerang panas dikenakan biaya 30 ribu rupiah," kata Aneline Simbawa, warga Desa Kanonang, pemilih bak-bak penampungan air belerang.

Puluhan warga Kecamatan Kawangkoan menggantungkan nasib dengan menjadi tenaga pijat refleksi. Dari Rp30 ribu yang dibayarkan pengunjung, mereka mendapat Rp10 ribu. "Yang pemilik bak penampungan air belerang itu mendapat 20 ribu," Aneline membeberkan.

Bagi pengunjung yang tak ingin mencoba mengelilingi perbukitan, bisa mengambil pilihan lain dengan menikmati gurihnya jagung manis yang direbus di dalam kolam air belerang panas. Cara merebusnya pun terbilang unik. Puluhan tongkol jagung yang masih berada dalam karung dimasukkan dalam kolam air panas.

"Tidak lama merebusnya. Lebih kurang sepuluh menit, jagung itu sudah masak dan siap dihidangkan," ujar Stanley Wowor, warga setempat yang sehari-harinya berjualan jagung rebus.

Selain jagung rebus, puluhan kios juga menjajakan berbagai jenis panganan mulai dari mie cakalang, bubur Manado, hingga hidangan lainnya. "Selain berbagai aneka menu pilihan, kawasan ini juga dilengkapi dengan tempat mandi air panas, serta kolam renang, dan arena permainan anak-anak," Stanley menambahkan.

Tetap Andalan Sulut

Sejak dibangun di awal tahun 2000-an, di zaman Adolf Menasih menjabat Gubernur Sulut, Bukit Kasih menjadi tempat yang “wajib” dikunjungi. Bahkan banyak acara pemerintah daerah dibuat di sana. Mulai dari Deklarasi Pemilu Damai, rapat-rapat pemerintah, hingga pembagian beasiswa pemerintah daerah digelar di sana. Sayangnya setelah masa jabatan Adolf berakhir, tarik-menarik kewenangan membuat kawasan wisata religi ini terabaikan.

Dari pengamatan Liputan6.com, sejumlah infrastruktur dan fasilitas umum tak terawat dengan baik. Sejumlah anak tangga sudah rusak, sehingga menyulitkan pengunjung untuk menyusuri perbukitan. Belum lagi jalur pendakian yang sudah ditutupi semak-semak. Kondisi ini tak pelak membuat jumlah pengunjung pun mulai menurun.

Wisata religi Bukit Kasih Kanonang andalan Sulut (Liputan6.com /  Yoseph Ikanubun)

Kepala Dinas Pariwisata Sulut, Joy Korah dalam Diskusi Publik bersama Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI baru-baru ini mengungkapkan, untuk pembenahan Bukit Kasih Kanonang memang sudah masuk perencanaan pihaknya di tahun 2016 ini.

"Selain untuk membenahi infrastruktur yang mulai rusak, kami juga menyiapkan fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk  melayani para pengunjung," ujar Joy sambil menambahkan dengan kondisi medan yang cukup menantang maka memang sudah selayaknya ada fasilitas kesehatan.

Joy mengatakan, Bukit Kasih Kanonang tetap menjadi salah satu andalan Sulut dalam menjual pariwisatanya. "Tentunya selain Bunaken. Sehingga memang sementara kita benahi. Termasuk pembagian kewenangan antara Pemerintah Kabupaten Minahasa dan Provinsi Sulut," ujar Joy.

Dengan lokasi yang mudah diakses, dan tarif masuk yang rekatif murah hanya Rp 5.000 per orang, Bukit Kasih Kanonang dengan simbol kerukunannya masih menjadi daya tarik wisatawan.

"Dengan pembenahan ini, Bukit Kasih Kanonang bisa kembali bergairah dan tentu mendorong peningkatan ekonomi masyarakat sekitar," tutur Joy.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya