Liputan6.com, Medan - Ratusan jurnalis di Kota Medan, Sumatera Utara, menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Jalan Sudirman, Selasa (16/8). Aksi ini terkait tindakan kekerasan yang dilakukan prajurit TNI AU terhadap dua ‎jurnalis.
Dalam aksi tersebut, ratusan jurnalis yang berasal dari berbagai media baik media cetak, online, radio, dan televisi melakukan longmarch dari Jalan Sudirman ke Jalan Imam Bonjol Medan.
Para jurnalis mengecam tindakan arogansi yang dilakukan oknum TNI AU terhadap Array A Argus (Tribun Medan) dan Andri Syafrin (iNews). Mereka membawa karangan bunga dan kertas bertuliskan pesan kecaman atas aksi kekerasan terhadap dua jurnalis.
"Kami meminta kepada pimpinan tertinggi TNI AU untuk bertanggungjawab. Kami juga mengecam keras kejadian yang menimpa dua rekan kami," kata Ketua Forum Jurnalis Medan (FJM) Jonris, Selasa (16/8/2016). Â
Jonris meminta pemerintah menjaga agar kebebasan pers harus menjadi perhatian serius. Menurut dia, kekerasan terhadap jurnalis menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 menjadi gambaran kemerdekaan pers belum ada.
"Insiden ini jadi pertanda bahwa belum adanya kebebasan pers," ucap dia.
Baca Juga
Dalam aksi unjuk rasa tersebut juga hadir perwakilan dari AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Medan, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Sumut, IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) Sumut, FJP (Forum Jurnalis Perempuan) Sumut, AMCI‎ (Aliansi Media Cyber Indonesia) Sumut, perwakilan dari Tribun Medan dan MNC Media.
Sebelumnya, warga Sari Rejo memblokir jalan yang berujung bentrokan antara warga dengan prajurit TNI Angkatan Udara di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, 15 Agustus 2016.
Bentrokan ini menyusul ‎sengketa lahan antara kedua belah pihak. Warga membakar ban bekas di tengah jalan dan membuat pagar betis, sehingga jalan tersebut tidak bisa dilalui.‎ Prajurit TNI AU juga berada di lokasi menjaga aksi warga agar tidak mendekat ke markas mereka. Saat bertugas meliput kejadian itu, dua jurnalis jadi korban penganiayaan aparat.
Terkait penganiayaan yang dilakukan oknum TNI-AU kepada dua jurnalis yang saat itu sedang bertugas, Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Soewondo, Mayor Sus Jhoni Tarigan angkat bicara.
"Atas insiden ini, saya minta maaf. Karena saat kejadian saya tidak di TKP," kata Jhoni.
Jhoni mengatakan pihaknya juga telah menawarkan pengecekan dan pemeriksaan badan terhadap jurnalis Tribun Medan Array A Argus untuk melihat keadaan luka yang dideritanya.
"Saya tawarkan pengecekan supaya jangan ada hal yang tidak diinginkan pada fisik Array. Kita tetap berupaya bertanggungjawab dan beriktikad baik," jelasnya.
Menurut dia, dalam insiden tersebut sebelumnya ada masyarakat yang melempar batu ke arah TNI-AU saat hendak membuka jalan. Akibat lemparan tersebut, kata Jhon, ada anggota TNI-AU yang kena.
"Tiba-tiba suasana memanas dan kebetulan ada teman wartawan waktu TNI menyisir lokasi tersebut," katanya.
Aksi Solidaritas di Berbagai Kota
Puluhan Jurnalis Cirebon menggelar aksi solidaritas untuk korban kekerasan terhadap dua pewarta di Medan atas tindakan anggota TNI AU saat melakukan sweeping.
Para jurnalis dari berbagai media yang bertugas di Cirebon menggelar aksi di Pangkalan TNI AU S Sukani Penggung Cirebon. Masing-masing pewarta bergantian berorasi.
"Kami mengecam tindakan oknum TNI AU yang melukai rekan kami jurnalis di Medan. Kami mendesak agar oknum yang melakukan tindak kekerasan diproses secara hukum," tegas koordinator aksi yang juga wartawan Rakyat Cirebon, Nurul Fajri, Selasa (16/8/2016).
Sementara itu, Kepala Pos TNI AU Penggung Cirebon Kapten Marno menyatakan setuju untuk menghentikan tindak kekerasan. Di hadapan pewarta, Kapten Marno juga menyatakan sikap mengutuk tindakan oknum TNI AU yang melakukan tindak kekerasan kepada jurnalis di Medan.
"Saya Kapten Marno kepala Pos TNI AU Penggung Cirebon menyatakan untuk menyetop tindakan kekerasan dan mengutuk tindakan kekerasan oleh rekan kami oknum TNI AU di Medan," tegas dia sembari direkam oleh pewarta.
Dia pun menyatakan akan menampung semua aspirasi para jurnalis Cirebon dan melaporkannya kepada pimpinan. Pihaknya menjamin tindak kekerasan terhadap wartawan tidak akan terjadi di Cirebon.
"Atas nama keluarga besar TNI AU Pos Penggung Cirebon mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian menimpa rekan jurnalis di Medan. Insha Allah di Penggung tidak akan terjadi kekerasan," ujar dia.
Aksi di Solo
Puluhan jurnalis Solo yang tergabung dalam Forum Wartawan Solo Raya menggelar aksi keprihatinan terjadinya penganiayaan yang dilakukan oknum TNI AU Lanud Suwondo Medan terhadap dua jurnalis di Medan. Para jurnalis dari media cetak, radio dan online tersebut meminta pelaku penganiayaan diberi sanksi tegas.
Aksi demo para jurnalis Solo dilakukan di Bundaran Gladag, Solo pada Selasa (16/8/2016). Jurnalis dari sejumlah perusahaan media tersebut mengikuti aksi keprihatinan kasus penganiayaan terhadap jurnalis di Medan dengan membawa beraneka ragam poster. Diantaranya bertuliskan 'Tentara Bukan Preman', 'Usut Tuntang Penganiaya Wartawan', 'Pecat Preman Berkedok Tentara', Stop Aniaya Wartawan' dan lainnya.
Koordinator aksi demo, Sri Hartanto mengatakan aksi demo yang digelar para wartawan Solo sebagai bentuk solidaritas atas aksi kekerasan yang dilakukan oknum TNI AU terhadap dua jurnalis di Medan. "Kami mengecam tindakan penganiayaan terhadap dua rekan wartawan di Medan yang dilakukan oknum TNI AU," kata dia.
Adanya kasus penganiayaan tersebut, lanjut dia, pihaknya menuntut supaya oknum pelaku penganiayaan ditindak secara tegas oleh pihak POM TNI AU.‎ "Proses hukum harus dijalankan untuk menindak oknum TNI AU yang jelas melakukan penganiayaan kepada dua rekan wartawan di Medan," tegas dia.
Dia mengungkapkan kekerasan terhadap jurnalis cenderung meningkat. Kondisi ini menjadi keprihatinan yang luar biasa. "Mudah-mudahan kejadian kekerasan di Medan ini menjadi momen peringatan," ucap dia.
Aksi di Bandung
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Daerah Jawa Barat menuntut anggota TNI penganiaya jurnalis Kota Medan
kemarin di proses secara hukum. Tuntutan itu dilayangkan saat melakukan aksi solidaritas yang digelar di Taman Dago Cikapayang Jalan Ir. Djuanda, Kota Bandung.
Menurut Sekretaris IJTI Jawa Barat, Mujib Prayitno, pihaknya mengaku akan menerima perlakuan anggota TNI ini apabila jurnalis yang meliput di Medan kemarin menyalahi aturan, seperti mengambil gambar di lokasi objek vital. Namun kata Mujib, kejadi kemarin berada di ruang publik dan dilakukan sesuai ketentuan.
Dia mengatakan sudah saatnya Mabes TNI kembali menggencarkan sosialisasi tentang Undang Undang Pers dan aturan kerja kewartawanan kepada seluruh anggotanya di daerah. Hal itu bertujuan untuk mencegah terjadinya kembali peristiwa serupa.
Aksi di Batam
Aksi solidaritas oleh para jurnalis juga digelar di Batam. Peserta aksi melakukan long march mengelilingi Alun-alun Engku Putri Batam.
Para jurnalis yang tergabung dalam organisasi kewartawanan seperti PWI, AJI, IJTI dan asosiasi media online lokal Batam menuntut agar oknum anggota TNI AU yang menganiaya wartawan diproses di pengadilan Umum.
Ketua kordinator IJTI Batam Agus Siswanto menyebutkan semua warga negara memiliki hak yang sama di depan hukum.
"Kami minta dalam permasalahan hukum dengan sipil sebaiknya diproses di pengadilan umum," kata Agus.
Ketua AJI Batam Muhamad Zuhri mengatakan kejadian serupa pernah di Pekanbaru waktu pesawat TNI jatuh. Saat itu dari pengadilan militer, pelakunya mendapat sanksi penundaan Pangkat.
"Jika ini terjadi terus akan menghambat kebebasan pers," kata dia.Â
Advertisement