Konsumsi Garam Jangan Asal Asin

Kampanye konsumsi garam Jangan Asal Asin di Banyuwangi libatkan tukang rongsokan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 26 Agu 2016, 21:13 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2016, 21:13 WIB
Kampanye Garam
Kampanye garam yodium di Banyuwangi libatkan tukang rongsokan (Liputan6.com / Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar kampanye edukasi kepada masyarakat mengonsumsi garam beryodium. Dengan jargon Jangan Asal Asin, kampanye tersebut melibatkan 90 tukang rongsokan atau penadah barang-barang bekas keliling sebagai Pasukan Sepeda Garam yang menjadi ujung tombak kampanye ini.

Peluncuran tersebut ditandai dengan pemberangkatan armada Sepeda Garam oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten, Dani Azwar Anas, di kantor Dinas Kesehatan Banyuwangi. Para pasukan sepeda garam tersebut, sepeda motornya dilengkapi dengan tobos (keranjang) yang di-branding dengan tulisan kampanye Jangan Asal Asin.

Mereka juga dibekali dengan satu bal garam dan botol berisi larutan penguji yodium. Mereka pun memakai seragam lengkap dan topi sebagai agen resmi promosi garam beryodium.

"Ini adalah edukasi kepada masyarakat, agar mempunyai kesadaran saat mengonsumsi garam jangan yang penting rasanya asin saja, tapi juga harus tahu ada atau tidaknya kandungan yodium di dalamnya. Karena garam beryodium ini sangat penting bagi kesehatan dan kecerdasan, khususnya bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan," tutur Dani Azwar Anas dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat 26 Agustus 2016.

Dani mengatakan dipilihnya para tukang rongsokan sebagai agen promosi kampanye Jangan Asal Asin karena mereka memiliki jangkauan yang luas hingga ke desa-desa dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Selama mengumpulkan barang bekas dari masyarakat, mereka menukar barang bekasnya salah satunya dengan garam krosokan (garam kasar).

Namun, seringkali garam yang jadi bahan penukarnya tidak beryodium.

"Para tukang rongsokan ini biasa menukarkan barang bekas dengan garam, dan garam yang ditukarkan itu ada yang beryodium dan tidak. Dengan program ini, mereka dibekali pengetahuan dengan pentingnya garam beryodium sehingga tidak lagi membawa garam yang tidak beryodium. Nantinya, sambil bekerja mereka ini akan menyosialisasikan pentingnya garam ke pelanggan mereka," kata Dani.

Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Wiji Lestariono menambahkan program ini juga diluncurkan sebagai antisipasi dari adanya produk garam palsu. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan bersama Dinkes, ditemukan sejumlah 70 persen produk garam palsu yang beredar di pasaran.

Garam palsu ini berlabel mengandung yodium tapi sebenarnya tidak. Garam palsu ditemukan di beberapa wilayah Banyuwangi misalnya saja di Kecamatan Licin, Glagah dan Kalipuro. "Dengan kampanye ini kami ingin masyarakat lebih berhati-hati saat membeli garam," ucap Rio, sapaan akrabnya.

Sebagai ujung tombak Kampanye Jangan Asal Asin ini, kata dia, pihaknya menggandeng tukang rongsokan keliling. Mereka akan membagikan garam beryodium sekaligus memberikan informasi kepada setiap warga yang ditemuinya agar berhati-hati dalam membeli dan mengonsumsi garam.

"Para tukang rosokan ini sudah kami edukasi beberapa waktu lalu tentang garam beryodium mulai dari efek negatif jika mengonsumsi garam tidak beryodium hingga manfaat garam beryodium. Dalam aksinya nanti, mereka juga kami lengkapi dengan brosur seputar informasi tersebut," ujar Rio.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya