Liputan6.com, Palu - Banjir dan longsor menerjang sejumlah daerah di Sulawesi. Di Sulawesi Tengah, misalnya, Bupati Tolitoli Mohammad Saleh Bantilan mengungkapkan, aktivitas warganya lumpuh akibat banjir yang menerjang daerah itu pada Selasa siang tadi.
"Semua jalan banjir. Tidak bisa orang lewat. Banyak rumah yang tergenang," ucap Saleh saat dihubungi dari Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (13/9/2016) malam, seperti dilansir Antara.
Dia mengatakan, hujan yang turun sejak pagi hingga Selasa siang sangat deras. Alhasil, hanya dalam waktu singkat Kecamatan Baolan, ibu kota Tolitoli langsung dikepung banjir.
Advertisement
"Banjirnya rata. Hampir semua rumah kena banjir," Saleh mengungkapkan.
Saleh kemudian turun langsung ke sejumlah lokasi banjir bersama masyarakat mengantisipasi terjadinya korban jiwa maupun harta benda dengan membantu masyarakat setempat.
Baca Juga
Dia mengatakan, air hujan yang bersumber dari berbagai penjuru gunung di Tolitoli mengalir cepat ke permukiman penduduk karena saluran tidak mampu lagi menahan debit air.
Selain itu, kata dia, banjir juga diperparah dengan naiknya air laut, sehingga air hujan tidak langsung mengalir ke laut.
"Saya sudah minta ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bongkar saluran yang menghambat jalannya air," kata Bupati Tolitoli.
Dia mengungkapkan, warga terparah yang menjadi korban banjir adalah mereka yang bermukim di sekitar bantaran sungai, khususnya di Kelurahan Tuweley.
"Mereka yang paling banyak korban. Perabot rumah tangga tergenang semua. Tidak sempat diselamatkan," ujar dia.
Ketinggian air di Kelurahan Tuweley, khususnya di Jalan Anoa hampir mencapai atap rumah.
BPBD setempat terpaksa mengevakuasi delapan warga terdiri dari orang hamil, anak-anak dan orang tua karena terjebak banjir.
Lebih lanjut Saleh mengatakan, pemerintah daerah melalui dinas sosial setempat akhirnya membuka dapur umum di Kelurahan Tuweley. Sebab, masyarakat tidak bisa lagi memasak.
"Walaupun banjir sudah surut, tapi masyarakat tidak bisa memasak karena perabotnya tergenang," sebut dia.
Namun, menurut Saleh, hingga Selasa malam, ia tidak mendapat laporan adanya korban meninggal dunia akibat banjir tersebut.
Longsor Putus Trans-Sulawesi
Sementara di Sulawesi Barat, jalur Trans-Sulawesi, tepatnya di kawasan Pasada, Desa Salletto, Kecamatan Simboro atau sekitar 10 kilometer arah selatan Kota Mamuju, putus akibat tanah longsor. Material longsor menutup badan jalan.
"Longsor yang terjadi di daerah Salleto akibat intensitas hujan yang cukup tinggi. Akibatnya, ruas jalan Trans-Sulawesi terputus setelah tertutup material longsor sejak pukul 18.40 Wita," kata Nasrun, salah seorang warga di Mamuju, Selasa (13/9/2016). seperti diwartakan Antara.
Longsor yang menutup jalan tersebut turut mengakibatkan kemacetan jalur Trans-Sulawesi tak terelakkan. Bahkan, antrean kendaraan yang terjebak longsor hingga Selasa malam tak bisa berbuat banyak.
"Antrean kendaraan dari dua arah berlawan mencapai tiga kilometer. Belum ada upaya pemerintah untuk mengatasi bencana longsor yang menghubungkan kota Mamuju dan Kabupaten Majene ini," ucap Nasrun.
Nasrun berharap, pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi bencana longsor. Dengan demikian, para pengguna jalan bisa kembali beraktivitas.
"Jika pemerintah tidak bergerak cepat, maka material longsor sulit diatasi. Apalagi, material cukup berat karena selain tumpukan tanah juga ada batu yang cukup sulit jika hanya mengandalkan tenaga manusia," tutur dia.
Advertisement
Banjir Kepung Mamuju
Tak hanya Tolitoli yang lumpuh akibat banjir. Di Mamuju, ibu kota Provinsi Sulawesi Barat, banjir kembali melanda setelah hujan mengguyur beberapa jam sejak Selasa siang hingga malam.
"Ketinggian air Kali Mamuju meluap hingga menggenangi permukiman penduduk," kata Jufri salah seorang warga Tambi di Mamuju, Selasa (13/9/2016) malam, seperti dilansir Antara.
Banjir terjadi di beberapa lokasi di Mamuju. Yakni, Kecamatan Mamunyu, Kecamatan Mamuju, Kecamatan Simboro, dan beberapa daerah lainnya.
Banjir, kata Jufri terjadi akibat hujan deras. Akibatnya, sebagian penduduk yang terkena dampak genangan telah siaga dengan mengemas perabot rumah tangga mereka agar terhindar dari genangan air.
"Saat ini air masih menggenangi permukiman padat penduduk. Kita berharap, hujan segera reda sehingga genangan air kembali surut," ujar Jufri yang juga pengusaha penjualan handphone di daerah itu.
Ia menyebutkan, banjir terparah terjadi di seputar bantaran Kali Mamuju yang saat ini ketinggian air telah mencapai satu meter.
"Warga bantaran Kali Mamuju sebagian telah bersiap-siap mengungsi ke tempat ketinggian. Warga khawatir terseret derasnya air yang telah merembes permukiman warga," sebut Jufri.