Heboh, Ribuan Ikan di Muara Bengkulu Mendadak Mati

Kasus di Muara Bengkulu ini akan dibawa ke ranah hukum.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 28 Sep 2016, 22:45 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2016, 22:45 WIB
Ikan Bengkulu Mati
Ribuan ikan mati mendadak di Muara Bengkulu (Liputan6.com / Yuliardi Hardjo Putro)

Liputan6.com, Bengkulu - - Warga Desa Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah heboh. Penyebabnya, ribuan ikan berbagai jenis terlihat mati mendadak di muara aliran sungai Kotong dan pantai Pasar Pedati.

Warga yang mendatangi lokasi menduga matinya ribuan ikan itu karena keracunan limbah buangan salah satu tambak udang yang berada di hulu sungai. Peristiwa serupa pernah terjadi beberapa pekan lalu.

Dari pantauan, air sungai di wilayah itu juga sudah berubah menjadi hitam pekat dan mengeluarkan bau menyengat. Bahkan, bau menyengat itu hingga ke pemukiman warga setempat yang hanya berjarak 50 meter dari tepi aliran sungai.

Arifin, warga setempat, mengatakan, ribuan ikan yang mati jenis belanak, ketang-ketang, cabe-cabe, nawi, kakap, udang dan beberapa jenis ikan yang biasa di konsumsi warga.

"Ini jelas keracunan limbah buangan tambak udang di hulu sungai," ujar Arifin di Bengkulu (28/9/2016).

Warga lain, Kanedi, menyatakan, peristiwa ini merupakan kali kedua sepanjang sepanjang tahun 2016. Warga setempat juga telah melaporkan kejadian tersebut ke perangkat desa dan pihak perusahaan.

"Sungai ini tempat kami mencari nafkah. Kalau begini terus bagaimana kami menafkahi anak dan istri kami," kata Kanedi.

Kepala Bidang Pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Tengah, Darwin, memastikan bahwa kasus pencemaran lingkungan ini akan dibawa ke proses hukum. Sebab bukan hanya mengancam ekosistem dan biota muara, tetapi juga mengancam manusia yang bermukim di sepanjang aliran sungai.

"Kita akan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak kepolisian, hari ini juga saya ke Polda untuk menjajaki kemungkinan masalah ini mau dibawa kemana," kata Darwin.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya