Liputan6.com, Semarang - Lokasi longsor yang menewaskan dua penghuni perumahan elite di Jalan Bukit Bromo nomor 26, RT4/RW XI, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, masih berpotensi terjadi longsoran susulan.
"Karenanya kita minta BPBD untuk menutup dengan kain terpal dan pemberian trucuk bambu untuk menahan agar tanah tidak longsor lagi," ungkap Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Senin (3/10/2016).
Hendi, sapaan wali kota, menyebutkan penutupan dan pemberian perkuatan berupa trucuk bambu diharapkan bisa meminimalisasi kemungkinan terjadi longsor susulan di tebing setinggi 12 meter tersebut.
Selain itu, wali kota juga meminta agar warga mengawasi kondisi sekitar permukiman yang berbukit yang berpotensi terjadinya longsoran.
"Perlu kewaspadaan yang tinggal di daerah perbukitan, karena kendati saat ini musim kemarau, curah hujan sudah mulai tinggi," ujar Hendi.
Baca Juga
Kewaspadaan itu di antaranya tidak menganggap remeh ketika ada hal-hal mencurigakan seperti tanah atau talud pinggir rumah mulai retak dan berpotensi terjadi longsor. Selain itu, Hendi meminta dilakukan adanya pemeriksaan secara rutin kondisi talud di sekitar tempat tinggal warga.
"Periksa secara rutin, talud atau bangunan tinggi di sekitar wilayah permukiman. Laporkan kepada Pemkot apabila ditemukan retakan-retakan pada bangunan-bangunan tinggi di sekitar permukiman," ucap dia.
Peristiwa longsornya talud di komplek perumahan elit, di Kota Semarang yang banyak ditempati pejabat penting di Kota Semarang pada Minggu, 2 Oktober 2016, mengundang keprihatinan. Bencana itu menyebabkan dua anak menjadi korban longsor.
Jesica (18) dan Jansen (9) terjebak di dalam kamar saat longsor terjadi. Mereka akhirnya ditemukan tewas dalam longsoran yang menimpa rumahnya di Jalan Bukit Bromo nomor 26, RT4/RW XI, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Tewasnya dua penghuni yang sedang berada di dalam rumah, sontak mengejutkan pemerintah Kota Semarang. Hendi yang semalam sempat mendatangi lokasi longsoran mengungkapkan perlu kewaspadaan kepada warga Semarang, khususnya yang tinggal di daerah perbukitan.
Advertisement