Liputan6.com, Bandung - Pernahkah terbayang selembar E-KTP yang merupakan identitas diri digunakan sebagai salah satu alat keamanan super canggih dan membuat satu keluarga terlindungi dari aksi kejahatan?
Di tangan dua siswa kelas XII SMKN 2 Kota Bandung, Wildan Pangestu dan Ajizah Fathonah, E-KTP disulap sebagai perantara untuk bisa masuk ke sebuah ruangan melalui pintu yang telah dipasang alat pendeteksi khusus.
"Sebetulnya cara kerja alat ini sederhana. Kita cukup tempelkan E-KTP yang sudah diinput (sebagai identitas diri) kepada sensor untuk membaca chip kode dan akses diterima dan pintu terbuka dan kita masuk. Sebenarnya sistemnya seperti pintu hotel," kata guru pembimbing Wildan dan Ajizah di SMKN2 Bandung, Agus Hendrik saat ditemui, Kamis (24/11/2016).
Sebagai pengaman, Agus menjamin pendeteksi yang dinamai 'Kunci Rumahku Pakai E-KTP' dipastikan lebih aman dibandingkan sistem keamanan kamar hotel lantaran menggunakan E-KTP sebagai identitas.
"Kalau kartu hotel biasanya chip berisi empat angka, kalau E-KTP ada 14 digit dan cukup sulit ditirukan, karena di situ ada 10 sidik jari dan dua scan retina mata sebagai identitas pengguna," tutur dia.
Baca Juga
Jika ada yang berusaha masuk dengan kartu palsu, pemindai kemudian akan menyalakan sirene peringatan yang terhubung pada pos keamanan sehingga orang tersebut tidak bisa masuk. "Jadi lebih safety," kata dia.
Agus menerangkan, tidak memerlukan bahan khusus untuk membuat alat itu. Hanya dibutuhkan pintu, perangkat kunci serta arduino uno otak yang dihubungkan dengan perangkat lunak open source yang mudah dicari serta dioperasikan menggunakan tegangan listrik DC sebesar 5 volt dan alarm 12 volt. Alat itu juga dilengkapi piranti RFID type RC522 dengan frekuensi 13,56 MHZ.
"Tapi yang paling penting tetap E-KTPnya. E-KTP yang asli itu ada chip dan mengandung angka, jadi di dalam chip tersebut dideteksi dan discan di alatnya kemudian kita simpan sebagai data anggota keluarga satu unit alat bisa merekam 20 E-KTP. Kalau pembuatan hanya menghabiskan Rp 580 ribu saja," kata dia.
Sementara itu, Wildan menjelaskan pembuatan awal alat Kunci Rumahku Pakai E-KTP berawal dari obrolan santai antara dirinya beserta sang partner, Ajizah. Saat itu, mereka berdua baru saja memperoleh E-KTP.
"Kebetulan memang ada tugas kelompok mencari masalah dan membuat sesuatu yang bermanfaat orang banyak," kata Wildan.
Setelah melihat cara kerja keamanan kamar hotel, kata dia, timbullah ide untuk membuat hal serupa tetapi diterapkan di lingkungan rumah. "Setelah itu kita obrolin berdua dan kita sampaikan ide ke pembimbing dan baru kita mulai pembuatannya," kata dia.
Tidak Mulus
Wildan mengatakan proyek pembuatan Kunci Rumahku Pakai E-KTP itu memerlukan waktu sekitar 3 bulan hingga rampung. Proyek itu kemudian disertakan dalam Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) SMK tingkat Nasional yang diadakan Kemendikbud.
Namun, hal paling menyita waktu adalah mempelajari soal elektro agar bisa mewujudkan produk yang diharapkan. Wildan yang berlatar belakang teknik mesin butuh waktu lebih lama dibandingkan Ajizah yang berlatar belakang jaringan komputer.
"Awalnya ada lomba. Kita hanya mengajukan makalah saja dan alatnya belum dibuat. Tahunya lolos dan baru bikin prototipe dalam tiga bulan. Waktu suruh dipamerkan, kita buat sehari prototipe dari kardus menjadi real (pintu)," ujar dia.
Ajizah mengisahkan masalah timbul tidak hanya saat pembuatan, tetapi juga saat penjurian di tahap final. Masalah timbul ketika lokasi pameran dan penjurian yang berbeda sehingga mereka terpaksa memindahkan alat dengan menembus hujan.
Advertisement
"Waktu di panggung ternyata alarmnya nggak bunyi dan kita panik ternyata ada kabel yang lepas namun untungnya kita sudah dinilai waktu di stand juga," celoteh dia.
Berkat inovasi itu, kedua siswa ini berhasil menyambet Juara 1 Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) SMK tingkat Nasional yang diadakan Kemendikbud pada September 2016 lalu dengan menyingkirkan 700 peserta.