Liputan6.com, Brebes - Pemerintah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah menyebar 10 ribu pamflet berisi antiberita hoax atau berita bohong. Pembagian pamflet ini sebagai antisipasi menyebarnya kabar hoax, apalagi belakangan sejumlah gelandangan jadi sasaran amuk masa karena kabar hoax tentang penculikan anak.
Penyebaran pamflet ini dilakukan Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Pemkab Brebes. Petugas Diskominfotik Brebes membagi-bagikan pamnflet itu dari desa ke desa hingga dari pasar ke pasar.
Selain menyebarkan ribuan pamflet, petugas Diskominfotik juga mengajak masyarakat untuk memerangi berita bohong soal penculikan anak yang terjadi beberapa waktu terakhir. Apalagi, dampak dari isu penculikan itu telah memicu aksi penganiayaan terhadap orang yang tak bersalah karena dituding sebagai pelaku penculikan anak.
Baca Juga
Kasi Humas dan Komunikasi Publik Diskominfotik Brebes, Lusiana Indira Isni mengatakan, penyebaran pamflet antihoax dimaksudkan untuk memberikan informasi yang tepat dan jelas ke masyarakat.
Langkah itu juga sebagai upaya dalam memberikan edukasi agar masyarakat juga tidak mudah percaya terhadap kabar hoax. Apalagi, akibat berita hoax terkait penculikan yang marak di Brebes telah menyebabkan beberapa orang yang tidak bersalah menjadi korban penganiayaan.
"Ini kami lakukan sebagai antisipasi kejadian serupa terulang. Di samping itu, untuk mengajak masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya. Boleh saja waspada, tetapi tidak boleh main hakim sendiri," ucap Lusiana, Kamis, 9 Maret 2017.
Ia menegaskan, jika Pemkab secara resmi menyatakan jika isu penculikan itu merupakan berita bohong atau hoax. Sebab, hingga kini belum ada laporan terkait koban penculikan di Brebes.
Namun bila masyarakat menemukan warga yang mencurigakan bisa langsung melaporkan ke polisi atau menghubungi melalui program Sambat Maring Bupati dengan nomor telepon 08164885500.
"Sosialisasi dan penyebaran informasi melalui leaflet ini akan terus kami gencarkan, termasuk ke daerah-daerah pelosok," ucap dia.
Warga Sempat Cemas
Adapun di pasar, selebaran yang bertuliskan pemberitahuan kepada warga Brebes bahwa isu penculikan anak adalah berita bohong juga diberikan oleh kepada para pedagang dan pembeli. Dalam selebaran tersebut juga dijelaskan bahwa seseorang tidak boleh main hakim sendiri. Jika menjumpai sesuatu yang mencurigakan untuk melaporkan ke pihak keamanan.
Salah seorang pedagang Julaiha (46) mengatakan dirinya sempat merasa takut dengan informasi yang beredar tentang penculikan. Akibatnya, anaknya yang belum waktunya pulang juga pulang lebih awal akibat takut dengan informasi tersebut. Namun, dengan adanya informasi pemberitahuan tersebut dirinya merasa lega.
"Ya meski begitu waspada tetap harus dilakukan. Hanya saja jika ada yang mencurigakan kita jangan main hakim sendiri," kata Julaiha.
Sementara itu, sejumlah warga mengaku, mendengar adanya kabar maraknya penculikan anak di Brebes. Kondisi demikian membuat warga khawatir. Namun setelah ada pembagian pamflet itu, warga baru mengetahui jika kabar adanya penculikan itu berita bohong dan tidak benar. Â
"Saya mendengar katanya sekarang lagi ramai aksi penculikan. Ini membuat khawatir, apalagi saya mempunyai anak kecil. Awalnya kami percaya kabar itu, tapi setelah mendapat selebaran ini baru tahu kalau itu info bohong," ucap Daimah (45), salah seorang pedagang di Jalan Veteran Brebes.
Hal senada diungkapkan Rustining (40). Menurut dia, di wilayahnya saat ini memang sedang ramai isu penculikan.
Namun, hingga kini berita itu belum ada kebenarannya karena sampai sekarang belum ada warga yang menjadi korban penculikan. Akan tetapi, munculnya isu itu membuat ibu-ibu khawatir.
"Kalau sekarang saya udah yakin dan tenang jika itu berita bohong. Apalagi, Pemkab Brebes sudah memberitahu lewat selebaran ini," katanya.
Advertisement