Liputan6.com, Jayapura - Bangunan 4,5 lantai berdiri megah di jantung Kota Jayapura, tepatnya di bekas terminal Damri yang terletak di Jalan Raya Percetakan, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Bangun itu dikenal dengan sebutan Pasar Mama Papua.
Pada lantai satu bangunan tersebut, dapat terlihat langsung lapak-lapak pedagang dilengkapi dengan tempat cuci tangan yang terlihat mewah. Biasanya, lapak pedagang pasar di Kota Jayapura hanya terbuat dari kayu atau tripleks, namun kali ini sengaja dibuat permanen dengan semen dan beralaskan keramik.
Mimpi pedagang asli Papua yang kebanyakan terdiri dari perempuan asli Papua atau biasa disebut Mama Papua akan segera terwujud. Awal Mei, pasar akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Advertisement
Baca Juga
Ketua Pokja Papua, Judith Dipodiputro, menyebutkan Pasar Mama Papua Damri dapat menampung hingga 300-an pedagang. Pada lantai satu akan berisi pasar basah yang terdiri dari pedagang buah, sayur hingga penjualan ikan, daging dan ayam potong.
Lalu, pada lantai 2 pasar yang dibangun diatas seluas lahan 4.490 meter akan ditempati oleh pedagang kelontongan alias pasar kering.
"Penjualan kerajinan tangan Papua, termasuk noken dan oleh-oleh khas Papua akan dijual di lantai 2, dilengkapi dengan toko pakaian dan makanan kering khas Papua lainnya," kata Judith, Minggu (12/3/2017).
Pada lantai 3 pasar tersebut dikhususkan untuk penjualan makanan jadi khas Papua, termasuk ruangan untuk Rumah Anak Harapan yang diperuntukkan bagi anak-anak pedagang.
"Rumah ini semacam home schooling. Di saat sang mama Papua jualan, si anak bisa belajar di ruangan ini," ucapnya.
Â
Destinasi Wisata
Tak ketinggalan, ada juga ruangan keluarga sehat sejahtera, gabungan dari berbagai instansi yakni BPOM, Badan Pemberdayaan Perempuan, Dinas Perdagangan, Dinas Perikanan dan sejumlah instansi lainnya.
Nantinya di ruangan itu akan tertera nomor kontak dan nama petugas yang langsung bisa dihubungi, jika mama pedagang ini mengalami kesulitan.
"Ada juga Aula Tong Maju atau kita maju, yakni program pembinaan Papua Bekerja dan juga Perpusatakaan digital Indonesia yang berisi 3000-an buku. Semuanya gratis, bisa dimanfaatkan oleh para pedagang," kata Judith.
Pasar Mama Papua memang sengaja disulap menjadi pasar lokal modern dengan fasilitas penuh dan bakal menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan asing dan domestik yang berada di Kota Jayapura.
Staf dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Papua, Hans Mananti, menyebutkan kontribusi Pasar Mama Papua untuk pariwisata di Papua sudah memenuhi syarat. Bahkan pasar ini dapat menjadi ikon bagi pasar lokal lainnya di Indonesia.
"Kearifan lokal sangat dirasakan di pasar ini. Semuanya tentang Papua, dari penjualnya, bahan baku yang dijual hingga kuliner yang disajikan," jelasnya.
Dia mengatakan pihaknya berharap kebersihan dan kenyamanan di pasar dapat dijaga oleh semua penghuni pasar.
"Kami siap untuk promosikan pasar ini, untuk menjadi brand bagi pasar modern. Tentunya pemberitaan teman-teman media juga sangat mendukung promosi pasar mama ini," tuturnya.
Perjuangan Mama Papua untuk mendapatkan pasar permanen tak lepas dari perjuangan Solpap Papua atau Solidaritas Pedagang Asli Papua lebih dari 10 tahun lamanya.
Setelah peletakan batu pertama untuk pembangunan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, pada akhir April tahun lalu, kemudian dilanjutkan pelepasan lahan bekas Terminal Damri. Selanjutnya pengerjaan pasar permanen yang memakan waktu sekitar 3 bulan.
Advertisement
Program-Program Asyik
Perhatian pemerintah pusat tak lepas sampai di situ, program pelatihan dan pembinaan bagi pedagang asli Papua juga akan berlaku bagi Mama Papua sepanjang 18 bulan kedepan.
Tak hanya pelatihan pembuatan panganan olahan dari bahan dasar yang berasal dari Papua, namun ada juga berbadan dasar daging atau lainnya.
Kemudian ada juga pola pelatihan hidup sehat yang telah diselesaikan oleh pedagang. Pelatihan yang lebih spesifik akan dilakukan sesuai dengan minat masing-masing dari mama-mama penjual.
Lalu, ada juga pelatihan soal pembukuan dan pengaturan perdagangan yang akan dilakukan bersama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
"Senin besok, kami akan melakukan pelatihan dari bahan dasar daging sapi. Chef Deddy Setiawan dari Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), khusus datang untuk melatih Mama Papua," jelas Judith.
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) bahkan telah mendatangkan 20 ton daging sapi beku ke Jayapura, untuk menekan tingginya harga daging di Papua. Pengiriman daging akan terus dilakukan bertahap, guna pemenuhan kebutuhan daging di Papua.
Staf PT PPI, Eka Bukit menyebutkan penjualan daging di Pasar Mama Papua dikhususkan bagi 25 Pace, sebutan pria dewasa di Papua. Ini sengaja dilakukan, agar beban mencari uang dalam keluarga tidak hanya dilakukan oleh perempuan. Laki-laki dewasa atau para suami nantinya akan diberikan pelatihan berdagang daging sapi, hingga mendapatkan izin resmi untuk penjualan daging dari instansi terkait.
Daging beku yang dibanderol mulai harga Rp 80 ribu per kilonya, sengaja disamakan dengan harga daging di Pulau Jawa atau daerah lainnya di Indonesia.
"Kalau sebelumnya Pak Presiden sudah meresmikan BBM satu harga di Papua, saat ini giliran satu harga daging sapi di Papua. Kenapa tidak? Stok daging murah akan mulai di jual pada Senin 13 Maret besok di Pasar Mama Papua," kata Eka.