Kisah Cipendok, Drama Kamasutra ala Banyumas

Cerita mitos Curug Cipendok yang dianggap kamasutra-nya Banyumas itu mengisahkan perkawinan raja dan seorang peri.

oleh Aris Andrianto diperbarui 27 Mar 2017, 10:02 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2017, 10:02 WIB
Kisah Cipendok, Drama Kamasutra ala Banyumas
Curug Cipendok, Banyumas. (doniihermawan/Instagram)

Liputan6.com, Purwokerto – Jika India punya kamasutra, Banyumas punya Cipendok sebagai kisah tentang seksualitas. "Curug Cipendok dalam mitologinya juga bercerita tentang seksualitas, sebuah simbol," kata Titut Edy Purwanto, seniman dan pengelola wisata Karang Panginyongan, saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu, 25 Maret 2017.

Cipendok yang berasal dari frasa pendok berarti kerangka keris. Ia adalah perlambang alat kelamin perempuan.

Seperti halnya dengan lingga yoni yang merupakan pertanda persetubuhan antara perempuan dan laki-laki, Titut menerangkan kisah percintaan lahirnya Curug Cipendok juga mengenai percintaan dua anak manusia dengan bumbu seksualitasnya.

"Boleh dibilang inilah kamasutranya Banyumas," ujar dia.

Ia menambahkan, kisah itu memang tidak tertulis dalam babad atau peninggalan sejarah yang tertulis. Kisah tentang percintaan itu tumbuh dalam mitos verbal yang tumbuh dalam budaya tutur. Kisah yang dikenal romantis, puitis, dan penuh dengan imajinasi seksual.

Ia menambahkan, dari sisi sejarah di Curug Cipendok juga ada cerita rakyat tentang legenda peri Dewi Intan yang dikenal masyarakat setempat sebagai penunggu Curug Cipendok.

"Wedono Ajibarang yang bernama Raden Ranusentika menikahi Peri Dewi Intan yang menunggui curug itu," ujar Titut.

Itulah mengapa setiap tahun, warga Desa Karang Tengah Cilongok selalu mengadakan Grebek Suran untuk menghormati Dewi Intan. Sang dewi mempunyai nama asli Sudem. Di samping curug, ada sebuah bukit yang diberi nama bukit Sudem. Masyarakat percaya, di bukit itulah sang peri tinggal.

Nama Cipendok tak bisa dipisahkan dari sejarah Perang Diponegoro. Karena kalah perang, Belanda memerintahkan penguasa Banyumas untuk membuka lereng Gunung Slamet yang saat itu masih hutan belantara untuk dijadikan perkebunan.

Saat itu, Raden Ranusentika berupaya membuka hutan Gunung Slamet, tapi selalu gagal. Delapan bulan lamanya pekerjaannya sia-sia karena pohon yang sudah ditebang, esok harinya berdiri tegak kembali. Kejadian itu terjadi berulang-ulang, sehingga membuat bingung dan pusing Raden Ranusentika.

Ia pun lalu bersemedi di bawah curug. Di bawah curug itulah, ia menemukan kerangka keris yang juga dinamakan pendok. Setelah memiliki keris itu, ia bisa melihat makhluk halus di hutan itu.

"Sejak saat itulah, curug tersebut dinamakan Curug Cipendok," kata Titut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya