Basarnas Persingkat Waktu Penyelamatan Nyawa Korban

Sistem cepat ini diharapkan bisa memperbesar kemungkinan penyelamatan nyawa para korban bencana dan kecelakaan di medan berat.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 10 Mei 2017, 06:31 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2017, 06:31 WIB
Basarnas Persingkat "Respon Time" Penyelamatan Nyawa Korban
Basarnas berupaya mempersingkat waktu penyelamatan korban dengan mengoptimalkan potensi SAR di wilayah pesisir pantai (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Bengkulu - Badan SAR Nasional atau Basarnas tengah berupaya mempersingkat waktu penyelamatan korban yang membutuhkan penyelamatan dalam musibah bencana dan kecelakaan di medan berat. Sistem cepat ini diharapkan bisa memperbesar kemungkinan penyelamatan nyawa para korban.

Beberapa lokasi yang selama ini menjadi masalah terkait waktu mobilisasi tim rescue adalah ketika terjadi kecelakaan di laut dan kawasan pegunungan. Secara garis besar, para korban di lokasi berat tersebut memang membutuhkan response time yang cepat. Namun, kebanyakan korban dievakuasi dalam kondisi tidak bernyawa.

Direktur Operasi dan Pelatihan Basarnas Ivan Ahmad Rizky Titus mengatakan, masalah mobilisasi tim rescue dan peralatan memang selama ini menjadi kendala utama saat melakukan operasi SAR. Jarak tempuh dan peralatan pendukung yang tidak disiagakan di wilayah yang berpotensi terjadinya musibah yang membuat operasi SAR tidak maksimal, terutama dalam menyelamatkan nyawa para korban.

"Salah satu jalan untuk mempersingkat response time itu dengan menambah dan memaksimalkan rescue yang ada di setiap wilayah yang rawan," ucap Ivan di sela-sela rapat koordinasi SAR Daerah Bengkulu, Senin, 8 Mei 2017.

Khusus wilayah pesisir pantai seperti Bengkulu, pihaknya sedang mempersiapkan jaringan personel potensi SAR di setiap kabupaten yang langsung berhadapan dengan Samudra Hindia. Mulai dari Mukomuko hingga Kabupaten Kaur.

Apalagi, imbuh dia, tipikal hamparan terumbu karang di pesisir pantai Bengkulu sepanjang 575 kilometer sangat berbahaya. Sebab, memiliki palung laut yang berbahaya bagi orang yang mandi di pantai.

Karakter ombak dan gelombang tinggi yang sangat sulit ditebak juga menjadi faktor daerah ini sangat sering terjadi kecelakaan laut dan orang tenggelam. Minimnya peralatan khusus penyelamatan di laut juga menjadi kendala untuk respon cepat tim Rescue yang diterjunkan.

Dia mencontohkan di Kota Padang, Sumatera Barat, masyarakat di kawasan pesisir sudah membentuk lembaga Padang Life Guard. Bekerja sama dengan Basarnas, mereka setiap hari melakukan pengawasan dan pemantauan di beberapa titik rawan kecelakaan dan bencana. Bila terjadi sesuatu, tim ini yang bergerak secara cepat dan melakukan penyelamatan awal.

"Kita menempatkan satu unit perahu karet dan peralatan di lokasi yang mereka tempati setiap hari, response time di sana sangat tinggi," tutur Ivan.

Waspada Bencana Perkotaan

Basarnas Persingkat "Respon Time" Penyelamatan Nyawa Korban
Dukungan peralatan dan respon cepat personil diluar Basarnas sangat dibutuhkan dalam melakukan respon cepat penyelamatan nyawa korban bencana dan kecelakaan (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Bengkulu sebagai wilayah yang rawan gempa bumi juga tengah mempersiapkan sistem penyelamatan bencana perkotaan atau Urban Disaster. Beberapa catatan gempa besar yang menelan banyak korban jiwa pada tahun 2000 saat terjadi gempa bumi berkekuatan 7,9 pada skala Richter. Ratusan nyawa melayang karena lambannya penanganan usai gempa, mereka rata-rata kehilangan nyawa saat tertimbun reruntuhan bangunan dan gedung tanpa bisa diselamatkan secara cepat.

Kepala Basarnas Bengkulu Agolo Suparto mengatakan, Urban Disaster terus diwaspadai. Sebab posisi Bengkulu yang masuk dalam jajaran Cincin Api atau Ring of Fire gunung berapi bawah laut memiliki banyak sekali gedung yang dibangun tanpa perencanaan tahan gempa.

Posisi pertemuan lempeng Euroasia dan Indo-Australia di perairan Bengkulu serta beberapa kawasan gunung berapi yang aktif, membuat Bengkulu sangat berpotensi terjadi gempa besar atau Megathrust dengan ancaman utama di kawasan perkotaan. Beberapa peralatan utama memang sudah disiapkan Basarnas di Bengkulu, untuk meminimalkan jumlah korban jiwa.   

Salah satu peralatan yang masih belum dimiliki Kantor SAR Bengkulu adalah life locator. Alat ini bisa mendeteksi detak jantung dan panas tubuh orang yang berada di timbunan reruntuhan gedung. Jika orang yang tertimbun reruntuhan dalam jarak maksimal tujuh meter, dengan alat ini bisa memastikan bahwa korban tersebut masih hidup atau tidak.

Cara lain untuk mendeteksi korban bencana perkotaan adalah dengan menggunakan anjing pelacak. Tetapi untuk memelihara, melatih dan memberdayakan para anjing pelacak itu memerlukan biaya operasional yang sangat besar.

Menurut Agolo, Bengkulu belum memungkinkan. Sebab, selain belum memiliki tenaga ahli khusus untuk anjing pelacak, Bengkulu juga tidak terlalu membutuhkannya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya