Liputan6.com, Palu - Komunitas Pecinta Kopi Kota Palu (Kapekape) menginisiasi pergelaran Festival Kreatif Kopi Sulawesi Tengah di kawasan permukiman modern Citraland Palu. Festival kopi yang bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia itu akan digelar 20-21 Mei 2017.
"Kami berkeinginan untuk memperkenalkan secara lebih luas kopi dari Sulteng lewat festival ini," ujar penyelenggara kegiatan, Neni Muhidin di Sekretariat AJI Palu, Rabu 17 Mei 2017 dikutip Antara.
Sebagai provinsi terluas di pulau Sulawesi, Sulteng memiliki dataran tinggi di hampir seluruh daerahnya. Dataran tinggi itu merupakan tempat tumbuh ideal bagi tanaman kopi.
Dari sisi sejarah, penanaman kopi di Sulteng sudah terbilang lama. Kopi mulai masuk bersama kolonialisme Hindia Belanda menjajah bumi Nusantara.
Baca Juga
Kabupaten Sigi dan Poso merupakan sentra kebun kopi di Sulteng. Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulteng dalam angka pada 2016, dari 13 kabupaten dan kota, hanya Kota Palu saja yang tidak punya kebun tanaman kopi.
"Kota Palu merupakan bagian akhir dari komoditi kopi, karena bisnis warung kopi dan industri pengolahan biji kopi tumbuh dan menggeliat di kota ini," ujar pegiat literasi itu.
Selain untuk mengenalkan dan mengedukasi masyarakat tentang kopi, dalam festival itu akan dihadirkan khusus petani kopi, penyuluh pertanian, pedagang perantara, sektor industri, pengusaha warung kopi hingga komunitas penikmat kopi.
"Itu merupakan mata rantai dari komoditi kopi dari hulu hingga hilir," kata Neni.
Untuk memeriahkan festival itu, akan hadir Franky Angkawijaya yang merupakan Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Barista Indonesia pada sesi workshop edukasi kopi. Selain itu akan hadir juga dua aktor film Filosofi Kopi, Chicco Jerikho dan Rio Dewanto dalam sesi Coffee Talk.
"Nanti di hari terakhir kegiatan, Kapekape menargetkan 3.000 orang yang hadir di acara seruput kopi (cupping) massal," ucap dia.
Neni berharap, muara akhir dari festival kopi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan semua pemangku kepentingan dalam mata rantai kopi. Mulai dari petani hingga pengusaha kopi di Sulawesi Tengah.
"Karena kopi telah dipercaya oleh sebagian kalangan sebagai akronim dari 'Karena Otak Perlu Inspirasi'," ujar pemilik perpustakaan 'Nemu Buku' itu.