Penyerang Mapolda Sumut Dikubur Satu Liang dengan Kakek dan Nenek

Salat jenazah penyerang polisi yang berjaga di Mapolda Sumut itu dipimpin oleh seorang polisi.

oleh Reza Efendi diperbarui 29 Jun 2017, 08:02 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2017, 08:02 WIB
Penyerang Mapolda Sumut Dikubur Satu Liang dengan Kakek dan Nenek
Salat jenazah penyerang polisi yang berjaga di Mapolda Sumut itu dipimpin oleh seorang polisi. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Liputan6.com, Medan - Jenazah penyerang Mapolda Sumut, AR, dimakamkan di Pekuburan Islam di Jalan Kemiri I, Lingkungan I Kelurahan Sudirejo II, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan. Jenazahnya sempat ditolak warga Jalan Makmur, Dusun 5 Dahlia, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, jenazah AR dikuburkan satu liang dengan kakeknya, Amsyarif (1972), neneknya Rukiah Ali binti Malik (2008), dan pamannya, Teguh Hek Syahputra bin Syaiful Am (1992).

"AR dikubur dalam satu liang dengan kakek, nenek, dan pamannya," kata Rina, Rabu, 28 Juni 2017.

Ia menjelaskan, pemakaman jenazah AR dihadiri sekitar 15 orang yang sebagian besar keluarga, orangtua kandung, orangtua tiri, dan saudara-saudaranya. Ustaz Yusnan Nasution bertindak sebagai bilal.

"Jenazah dilaksanakan fardu kifayah, seperti dimandikan dan dikafani sebelum dikebumikan. Semua dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumut. Setelah itu disalatkan dengan imam AKP Kholis," ujarnya.

Sebelumnya, pihak kepolisian memulangkan jenazah AR, pelaku penyerangan Mapolda Sumut ke pihak keluarga di Jalan Makmur, Dusun 5 Dahlia, Kecamatan Pecut SwibTuan, Kabupaten Deli Serdang.

Pemulangan jenazah AR ke pihak keluarga mendapat penolakan dari warga sekitar. Ratusan warga ramai-ramai secara tegas menolak jenazah AR yang dimakamkan di wilayah mereka.

"Kami, warga di sini menolak secara tegas jenazah AR dimakamkan di sini," kata Kepala Dusun 5, Sulisno.

Sebelum menolak kedatangan jenazah AR di rumah orangtuanya, warga terlebih dahulu berkoordinasi dengan pihak kepolisian tentang keberatan mereka. "Kami menolak keras teroris di dusun ini, karena sangat bertentangan dengan ajaran agama," sebut Sulisno.

Seorang warga bernama Eko mengaku tidak terlalu mengenal AR. Menurutnya, penyerang polisi yang sedang berjaga di Mapolda Sumut itu orang baru di lingkungannya. Penyerang diketahui sangat jarang bergaul dengan warga sekitar.

"Kalau enggak salah, baru tiga tahunan mereka di sini. Orang barulah," ucapnya.

Eko juga mengatakan, pada saat dikabarkan Mapolda Sumut diserang, rumah orangtua AR didatangi polisi bersenjata lengkap. Ia juga melihat polisi membawa orangtuanya dan beberapa dokumen.

"Kami enggak tahu saat itu. Setelah tahu, kami di sini berembuk, dan menolak dikubur di sini. Kalau nggak salah dikubur di Jalan Kemiri, kawasan Simpang Limun sana," ujarnya.

Pantauan di kediaman AR, Jalan Makmur, Dusun 5, Gang Dahlia no. 33, warga membawa spanduk bertuliskan kata-kata penolakan terhadap jenazah AR yang mereka anggap sebagai komplotan teroris.

"Kami warga Dusun 5 menolak keras penguburan jenazah teroris!!! dan Tolak ISIS berantas terorisme," demikian tulisan di spanduk.

Tidak hanya di spanduk, warga juga menuliskan kata-kata penolakan di Jalan Makmur yang bertuliskan "Tolak ISIS, Desa kami bukan desa teroris". Terlihat juga petugas kepolisian berjaga-jaga di lokasi kediaman AR.

Sebelumnya, dua pelaku berinisial SP dan AR menyerang petugas pos penjagaan Mapolda Sumut dengan menggunakan senjata tajam jenis pisau hingga menewaskan Aiptu M Sigalinging. AR kemudian ditembak mati oleh polisi, sementara SP ditembak polisi di bagian pahanya hingga kritis.

Setelah melakukan pengembangan, pihak kepolisian menetapkan empat orang tersangka, yakni SP, AR, Hendri alias Boboy, dan FPY (32). SP dan AR berperan sebagai penyerang, Boboy bertugas melakukan survei dan pemetaan lokasi, dan FPY berperan ikut merencanakan penyerangan ke Pos Jaga Polda Sumut.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya