Liputan6.com, Pekanbaru - Nyawa pelajar SMP berinisial JA tak terselamatkan setelah dikeroyok dua temannya di depan halte bus di kawasan Kelurahan Jaya Mukti, Kota Dumai. Kematian itu menambah deretan panjang kasus yang dipicu karena 'sumbu pendek' alias tak bisa mengontrol emosi.
Kapolres Kota Dumai AKBP Donald Happy Ginting menjelaskan, kejadian bermula dari saling ejek antara korban dengan dua rekannya berinisial ZP dan AB di ruang kelas. Ejekan itu menyulut perkelahian fisik antara ketiganya di dalam kelas.
Teman-teman sekelas mereka bersama guru berusaha menengahi. Mereka kemudian sepakat berdamai. "Mereka didamaikan dan menyatakan tidak mengulangi perbuatannya lagi," kata Donald di Pekanbaru, Selasa, 1 Agustus 2017.
Ternyata, perdamaian itu hanya sebatas omongan. Begitu pulang sekolah pada Senin, 31 Juli 2017, sekitar pukul 13.30 WIB, mereka bertiga kembali bertemu di salah satu halte.
"Perkelahian kembali terjadi di sini, di mana korban diduga dikeroyok," kata alumni Akpol tahun 1994 itu.
Baca Juga
Advertisement
Kejadian itu dilaporkan teman sekelas mereka kepada guru. Beberapa guru melerai kejadian ini dan membawa korban ke sekolah. Namun, korban dalam perjalanan ke sekolah sudah tidak sadarkan diri dan dilarikan ke RSUD Kota Dumai.
Di rumah sakit, korban tak tertolong lagi dan mengembuskan napas terakhir. Pemeriksaan yang dilakukan, korban terkena pukulan di bagian ulu hati hingga membuatnya pingsan.
"Perkelahian antara korban dan pelaku tidak memakai benda, hanya tangan kosong dan disebut saksi mengenai bagian ulu hati," sebut Donald.
‎Usai perkelahian itu, pelajar SMP yang meninggal diautopsi di rumah sakit. Sementara, dua pengeroyoknya diamankan di Mapolres Kota Dumai untuk pengusutan lebih lanjut. Keduanya menjalani pemeriksaan intensif untuk dimintai pertanggungjawabannya secara hukum.
"Pelaku ditangani Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Dumai,"‎ ucap Donald.
Saksikan video menarik di bawah ini: