Anggapan Bahwa Pesantren Anti-vaksin, Tidaklah Benar

Anggapan umum bahwa sebagian sivitas pondok pesantren di Madura kerap menolak bila santrinya hendak diimunisasi adalah tidak benar.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 19 Agu 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2017, 20:00 WIB
santri imunisasi
sejumlah santri di pondok kholiliyah annuroniyah Bangkalan saat di imunisasi campak dab rubella/ musthofa aldo

Liputan6.com, Surabaya - Sejak Pondok Pesantren Kholiliyah Annuroniyah berdiri sekitar tahun 1940, tak sekali pun ponpes ini tersentuh program imunisasi. Baru pada Agustus 2017, Pemerintah Kabupaten Bangkalan, melalui Puskesmas Kota Bangkalan, masuk ke Pesantren Annuroniyah untuk memberikan imuninasi campak dan rubela kepada sejumlah santri putra dan putri.

Hal ini diungkapkan pengasuh Pondok Pesantren Annuroniyah di Kampung Demangan Timur, Kota Bangkalan, KH Muhammad Faishol, kepada wartawan yang meliput pemberian imunisasi di pondoknya, Jumat, 18 Agustus 2017. Dia menceritakan itu untuk meluruskan anggapan umum bahwa sebagian sivitas pondok pesantren di Madura kerap menolak bila santrinya hendak di imunisasi.

Agar tak salah data, Muhammad menelpon menantunya yang tengah menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekah. "Iya Aba, baru kali ini ada imunisasi di pondok. Sebelumnya belum pernah ada," begitu jawaban si menantu di ujung telepon yang di-loadspeakers.

Setelah mendengar penjelasan menantunya, Kiai Muhammad menilai jika selama ini pesantren dikesankan berseberangan dengan pemerintah soal imunisasi tidaklah benar. Menurut dia, yang terjadi hanyalah tidak adanya komunikasi, sehingga pesantren dikesankan menolak imunisasi.

"Kalau ada sosialisasi, kami tak akan menolak. Apalagi imunisasi besar manfaatnya untuk kesehatan," ujar dia.

Pantauan Liputan6.com, kegiatan imunisasi di Pesantren Annuroniyah berjalan lancar tanpa kendala. Petugas medis pun tidak langsung menyuntik, melainkan santri dikumpulkan dulu di aula, kemudian diberi penjelasan apa itu imunisasi campak dan rubela, apa ciri-ciri orang yang terjangkit, termasuk bahayanya bila terjangkit dua penyakit tersebut.

Saat petugas bertanya, apakah banyak santri terkena tampek, para santri mengiyakan. Tampek adalah istilah dalam bahasa Madura untuk campak. Tidak semua santri diimunisasi, hanya santri yang berusia di bawah 20 tahun yang disuntik vaksin. "Saya enggak mau imunisasi lagi, tangan kayak mati rasa," kata seorang santri bernama Andre, asal Ketapang, Kabupaten Sampang.

Data Puskesmas Kota Bangkalan menyebutkan sejak imunisasi campak dan rubela dimulai awal Agustus lalu, tingkat partisipasi baru mencapai 67 persen dari total target sebanyak 28 ribu jiwa. "Tapi jika dibanding tahun sebelumnya, ada peningkatan," kata Badrus, petugas medis Puskesmas Bangkalan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya