Liputan6.com, Batam - Sudah satu minggu sejak Senin 11-16 September 2017, wilayah Batam mengalami pemadaman listrik secara bergilir. Pemadaman itu disebabkan karena PLN Batam mengalami kerugian. PLN mengaku tidak mampu lagi menyediakan pasokan listrik di wilayah Batam.
Direktur Utama PT Bright PLN Batam, Dadan Kurniadipura menyatakan, biaya operasional bahan bakar pembangkit listrik terlalu tinggi. Pihaknya merugi karena biaya produksi lebih besar ketimbang hasil penjualan.
"Pemadaman yang kita lakukan memang keputusan yang berat,” katanya, Jumat 15 September 2017.
Advertisement
Dadan mengungkapkan, biaya pokok produksi saat ini adalah Rp 1448/kwh dan penjualan secara komulatif Rp 1350/kwh. Oleh karena itu, PT bright PLN meminta maaf kepada masyarakat Batam dan berjanji akan mencari solusi terbaik dalam waktu yang dekat.
Baca Juga
Dadan menyebut, solusi terbaik saat ini adalah dengan menaikkan tarif dasar listrik. Namun kenaikan itu ditentang warga karena dianggap terlalu berat. Padahal, kenaikan itu, kata Dadan sudah diatur dalam Pergub Nomor 21 Tahun 2017.
"Sesuai dengan Pergub yang dikeluarkan beberapa waktu lalu. Tapi ini belum terimplementasikan," katanya.
Sebelumnya, PT Bright PLN, menaikkan tarif dasar listrik hingga 45 persen. Namun karena ada gejolak dari warga, PLN kemudian menurunkannya menjadi 15 persen. Hal itu yang disinyalir Dadan, membuat PLN rugi.
PT Bright PLN Batam merupakan anak perusahaan PLN yang sebagian sahamnya di kelola oleh swasta. Namun hingga saat ini, Pemerintah Provinsi Kepri belum memiliki wacana akan mempailitkan PT Bright PLN dan mengubahnya menjadi PT Persero PLN.
Saksikan video pilihan berikut ini!