Liputan6.com, Jakarta Perkembangan teknologi membuat harga jual listrik dari pembangkit listrik tenaga arus laut mengalami penurunan. Hal ini membuat PT PLN (Persero) melirik Energi Baru Terbarukan (EBT) tersebut.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mendapat tawaran terkait penggunaan energi listrik dari pembangkit listrik arus laut di Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan harga jual US$ 16 sen per Kilo Watt hour (kWh). Dia pun menolak tawaran tersebut karena masih terbilang mahal.
Baca Juga
"Saya tanya tarifnya berapa, minimal 16 sen per kWh. Saya bilang, kalau 16 sen silakan minum dan silakan pulang. Kalau bisa di bawah 10 sen kita diskusi," kata Jonan, saat menghadiri EBTKE ConeX 2017, di Balai Kartini Jakarta, Rabu (13/9/2017).
Advertisement
Jonan kembali mendapat tawaran listrik dari arus laut, dengan harga yang jauh lebih murah besar yaitu 7,18 sen per kWh. Hal ini akibat perkembangan teknologi yang membuat produksi listrik bisa menjadi efisien.
"Setelah distudi lagi, mereka mendapatkan rata-rata di atas 4 meter per detik. Bahkan di beberapa titik bisa mencapai 5 meter per detik. Saya tanya harganya berapa, saya nggak nawar lho. Tau nggak mintanya berapa, sekarang kita sudah studi kembali bapak mau nggak kalau harganya 7,18 sen," paparnya.
Mendengar kabar tersebut, Direktur Pengadaan Strategi I PLN Nicke Widyawati menyambut baik harga jual listrik dari arus laut yang semakin murah. Namun, PLN belum mendapat penawaran listrik tersebut.
"Yang harga terakhir saya juga suprised dengan harganya. Tapi saya belum didatengin," ucap Nicke.
Menurut Nicke, harga jual US$ 7,18 sen per KWh sudah cukup bersaing dengan harga listrik dari pembangkit berbahan bakar energi fosil.
"Sudah lah (kompetitif). Kita belum liat penawaran resminya, datang saja belum," tutup Nicke.