Liputan6.com, Bengkulu - Pangkalan Militer Amerika Serikat yang bermarkas di Samudera Pasifik mengirim 20 personel militer dan tim ahli untuk mengidentifikasi pascabencana banjir yang melanda Bengkulu dalam sepekan terakhir. Tim yang dipimpin Emy Elizabeth Hough itu sudah tiba di Bengkulu, dan melakukan pendataan awal.
Pendamping pasukan dari Mabes TNI, Kolonel Laut Suwardana mengatakan, pendataan akan dilakukan selama empat hari. Mereka akan meninjau langsung ke lapangan untuk memastikan penanganan pascabencana berjalan dengan baik dan sesuai kebutuhan.
Program Pasific Partnership ini akan menyasar empat program, di antaranya bidang kesehatan, infrastruktur, mitigasi bencana, dan peningkatan kapasitas masyarakat.
Advertisement
Baca Juga
"Mereka mendata dan menyiapkan rancangan program dan melaksanakan kegiatan secara teknis pada bulan April 2018 mendatang," ucap Suwardana, di Balai Kota Bengkulu, Senin, 25 September 2017.
Koordinator Tim Pasific Partnership, Emy Elizabeth Hough, mengatakan beberapa program yang diusulkan oleh Pemerintah Kota Bengkulu akan diseleksi kembali. Sebanyak 16 proposal usulan akan dipilih beberapa program yang dilaksanakan dan dibiayai oleh Amerika melalui pangkalan militer. Sebagian lagi akan dilakukan pendampingan dengan pembiayaan oleh pemerintah Bengkulu.
"April kita akan mulai bekerja, sekarang masih tahap pendataan dan inventarisasi potensi," ujar Emy.
Wali Kota Bengkulu, Helmi Hasan mengatakan, fokus utama penanganan banjir di Bengkulu adalah pembangunan waduk penampung kiriman air dari semua sungai sebelum menuju Samudra Hindia.
Dengan melokalisasi aliran air ke dalam waduk, tentu akan mengurangi beban kenaikan debit air yang mengalir ke Kota Bengkulu, sebagai pemicu bencana banjir.
"Setidaknya kita menyiapkan 11 hektare lahan untuk dibangun waduk," Helmi menjelaskan.
Saksikan video pilihan berikut ini: