Kisah Nur Alam, Tak Sempat Saksikan Kedua Orangtuanya Meninggal

Mantan Gubernur Sultra itu lebih dulu ditinggal ayahnya pada 1982 silam. Kini saat ibundanya meninggal, Nur Alam juga tak sempat melihatnya.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 15 Okt 2017, 03:00 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2017, 03:00 WIB
Nur Alam
ur Alam, bersama Ibunya semasa hidup, Hj Sitti Fatimah. Foto: (Akbar Fua/Liputan6.com)

Liputan6.com, Kendari - Nur Alam, mantan Gubernur Sultra yang kini ditahan KPK karena kasus korupsi, tidak akan pernah melupakan kepergian kedua orangtuanya, Hj Sitti Fatimah dan Isruddin. Keduanya pergi di saat Nur Alam sedang berada di Jakarta, meskipun untuk dua urusan berbeda.

Saat ayahnya Isruddin, meninggal dunia pada Februari 1982 silam, Nur Alam lagi sementara berada di Cibubur, Jakarta Timur. Saat itu, pria kelahiran Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, sementara ikut kegiatan Pramuka Nasional yang diadakan sepekan di wilayah yang dikenal sebagai Bumi Perkemahan  Pramuka itu. 

Bakat memimpinnya yang sudah mulai menonjol sejak bangku SMP, alasan dia dipilih dari sekian banyak murid di sekolahnya. Saat kembali ke Sulawesi Tenggara, sang ayah sudah dimakamkan.

Kejadian yang sama, kembali terulang ketika ibunya Hj Sitti Fatimah Binti Rahimu meninggal dunia pada Jumat 13 Oktober 2017, sekitar pukul 02.00 Wita dinihari.

Nur Alam juga masih berada di Jakarta Timur. Tetapi, bukan karena kegiatan Pramuka atau perjalanan dinas. Mantan Gubernur Sultra periode 2008-2018 itu, meringkuk di balik jeruji Rumah Tahanan Negara Kelas I Jakarta Timur, Pomdam Jaya Guntur. Tersangkut kasus dugaan korupsi penyalahgunaan izin tambang di wilayah Kabupaten Bombana dan Buton.

Kerabat dekatnya, Kusnadi, dikonfirmasi terkait hal ini membenarkan. Nur Alam tidak sempat mendapati ayahnya meninggal dunia.

"Iya, saat itu dia memang tidak sempat mendapati ayahnya meninggal. Karena memang lagi di luar kota," ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Provinsi Sulawesi Tenggara itu, Sabtu 14 Oktober 2017.

Sejak Nur Alam masih anak kecil, sejumlah  rekannya sudah melihat keuletan pria yang kini memiliki tiga orang anak ini. Jika sedang  mengerjakan sesuatu, Nur Alam selalu telaten dan sabar.  Malah, Nur Alam rela tidak mengerjakan hal lain, ketika pekerjaan lainnya belum tuntas.

Mantan Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Tenggara itu, tercatat pernah menjalani profesi sebagai pedagang. Pernah menjual kelapa, atau bekerja apa saja yang bisa membuatnya bisa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Informasi dari pihak keluarga, Ibunda Nur Alam sempat dirawat selama 24 hari di RS Bahteramas Kendari. Pembangunan rumah sakit yang pelayanannya sering dikeluhkan  ini, dimotori oleh Nur Alam.

Mulai dibangun sejak April 2009 dan diresmikan 21 Oktober 2012 lalu oleh Nur Alam bersama sejumlah pejabat di Sultra. Menko Perekonomian RI, Hatta Radjasa, ikut hadir pada saat diresmikan pertama kali.

Setelah ditahan KPK, Ibunda sering menanyakan keberadaan Nur Alam yang tidak pernah menjenguknya. Wanita yang memiliki tujuh orang anak, 33 orang cucu dan 41 cicit ini, meninggal dunia di saat salah satu anak kesayangannya tidak berada di sampingnya.

Saksikan video pilihan berikut ini!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya