Liputan6.com, Purwokerto - Pagi itu, ribuan warga Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, disuguhkan penampilan pemuda pemudi yang tergabung dalam grup musik angklung dan tari tradisional. Pergelaran seni budaya ini dalam rangka perayaan ke-89 Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2017.
Penampilan pertama adalah grup musik Angklung Rancak Bambu (ARB). Mereka seakan menyihir para tamu undangan dan banyak warga Pekalongan yang berjuluk Kota Santri.
ARB adalah sebuah grup musik rampak pemuda pemudi dari Desa Coprayan, Kecamatan Buaran. ARB merupakan juara I pada Lomba Musik Rampak Tingkat Kabupaten Pekalongan Tahun 2017 yang gelar dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Advertisement
Grup musik rampak di bawah pimpinan Kang Mas Sulaiman, berdiri pada 28 September 2015, dengan jumlah personel delapan penari dan 40 pemain musik. Mereka memiliki visi dan misinya, yakni "Menyatukan Kaum Muda dalam Kegiatan Positif dan Melestarikan Warisan Budaya Bangsa".
Baca Juga
Dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini, ARB mempersembahkan lagu dengan judul "Sluku-Sluku Bathok".
Filosofinya, sluku-sluku bathok, bathoke ela-elo, dalane menungso ing dunyo iku bunder koyo bathok ela-elo. Si romo menyang solo (Hidup di dunia seperti bapak, fungsi bapak melestarikan, merawat dan mengemban amanah serta pergi menuju kesadaran yang tunggal).
Leh olehe payung moto (anugerah yang menuju kewaspadaan dan kebahagiaan). Tak jentit lolo loba, wong mati ora obah (ketika posisi manusia sujud lahir batin kepada Tuhan, manusia tidak bisa memilih karena semua pilihan manusia dibatasi pilihan manusia yang lain).
Yen urip golek becik (yang dicari dalam kehidupan adalah kebaikan dan keabadian).
Seperti filosofi yang terkandung dalam lagu "Sluku-Sluku Bathok", para pemuda pemudi harus mampu melestarikan, merawat, dan mengemban amanah untuk bangsa ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Makna di Balik Tarian Sodo
Tak hanya menampilkan grup musik rampak Angklung Rancak Bambu (ARB), dalam upacara Hari Sumpah Pemuda Tingkat Kabupaten Pekalongan yang dilangsungkan di Alun-alun Kajen, Sabtu, 28 Oktober 2017, diramaikan pula oleh penampilan Tari Sodo.
Tari Sodo dibawakan oleh 60 orang terdiri atas 27 penari putri dari SMK Muhammadiyah Karanganyar dan 33 penari putra dari SMK N I Kedungwuni.
Seperti halnya sapu sodo (lidi) yang kuat karena bersatu. Pemuda bersatu untuk kemajuan dan kejayaan Indonesia. Dengan semboyan, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh".
Penari umbul-umbul menggambarkan simbol ketangguhan pemuda, penarik heroik menggambarkan kesiapan pemuda menghadapi tantangan dan bersatu membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), penari sapu sodo atau lidi menggambarkan semangat bersatu para pemuda harapan bangsa.
"Tarian massal ini menggambarkan persatuan dan kesatuan pemuda yang difilosofikan melalui sapu sodo atau sapu lidi," ucap Bupati Pekalongan Asip Kholbihi.
Sapu sodo terdiri dari banyak sodo atau lidi yang terikat menjadi satu kesatuan hingga kuat dan tidak mudah terpatahkan. "Dengan bersatunya sodo atau lidi, maka akan lebih mudah untuk membersihkan sesuatu," ia menambahkan.
Dengan diiringi musik gamelan dari Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Pekalongan, mereka menghibur para tamu undangan yang hadir pada upacara di Alun-alun Kajen tersebut.
"Tariannya keren banget ya, pakai instrumen sapu lidi. Gerakan tariannya luwes sekali dan bersemangat," tutur Anis (40), seorang warga Kota Santri yang menyaksikan pertunjukan saat itu.
Advertisement