Cerita Kapolri Saat Bertemu Teroris yang Pernah Ia Tangkap

Rois adalah terduga teroris yang ditangkap oleh Tito pada 5 November 2004, dua bulan setelah peristiwa bom bunuh diri Kedubes Australia

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 24 Des 2017, 03:03 WIB
Diterbitkan 24 Des 2017, 03:03 WIB
Kapolri Tito Karnavian dan Menkumham Yasonna Laoly usai berkunjung ke Lapas Pasir Putih, Nusakambangan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Kapolri Tito Karnavian dan Menkumham Yasonna Laoly usai berkunjung ke Lapas Pasir Putih, Nusakambangan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly dan mengunjungi dua lapas super maximum security (SMS) di Pulau Nusakambangan, Cilacap Jawa Tengah.

Dua Lapas tersebut yakni Lapas Khusus Bandan Narkoba dan Lapas Pasir Putih, Nusakambangan. Lapas Bandar Narkoba khusus dirancang khusus untuk gembong narkoba yang berisiko tinggi mengedarkan dan membuat jaringan narkoba baru.

Adapun Lapas High Risk Pasir Putih, digunakan untuk membui para teroris yang memiliki kemampuan agitasi dan menggerakkan jaringan dari dalam Lapas.

Beberapa yang pernah mendekam di Lapas pasir Putih antara lain, Aman Abdurrahman, terpidana kasus pelatihan bersenjata di Jalin Jantho, Aceh. Ia divonis 9 tahun penjara lantaran terbukti turut terlibat dalam pelatihan ala militer, yang juga menyeret Abu Bakar Baasyir itu.

Nama Aman mencuat kala terjadi peristiwa teror Bom Thamrin, atau peristiwa Sarinah, Januari 2016. Disebut, Aman mengendalikan jaringan yang menggerakkan keempat pelaku teror.

Di tempat ini, sempat mendekam pula Bilal alias Billy yang belakangan menjadi buron lagi setelah dibebaskan lantaran diduga menembak polisi.

Uniknya, di Lapas Pasir Putih, Nusakambangan ini, Kapolri bertemu dengan terpidana terorisme kasus bom Kedutaan Besar (Kedubes) Australia, 4 September 2004, Iwan Darmawan Mutho alias Rois yang dihukum mati.

Rois adalah terduga teroris yang ditangkap oleh Kapolri Tito Karnavian pada 5 November 2004, atau dua bulan setelah peristiwa bom bunuh diri Kedubes Australia. Saat itu, Tito menjabat Kepala Detasemen Khusus anti-teror 88 Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Curhat Iwan Rois kepada Tito Karnavian

Lapas Pasir Putih Nusakambangan memiliki blok khusus Super Maximum Security (SMS) khusus napi terorisme berisiko tinggi . (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Lapas Pasir Putih Nusakambangan memiliki blok khusus Super Maximum Security (SMS) khusus napi terorisme berisiko tinggi . (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Rois ditangkap di Kampung Kaum, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bersama dengan sejumlah rekannya.

“Ya, saya yang menangkap tahun 2004,” ucap Kapolri, Jumat, 22 Desember 2017, usai berkunjung ke Lapas Pasir Putih, Nusakambangan.

Saat ditangkap, Rois membawa ransel berisi bom dan senjata. Ia berhasil ditangkap hidup-hidup meski sempat mau melawan.

Lantas, apa yang mereka bicaran kala bertemu setelah belasan tahun?

Tito bercerita, Saat mereka bertemu, rasanya semacam nostalgia. Mereka berdiskusi banyak hal. “Kita ketemu, nostalgia. Cuma dia bilang, beda nasib,” ucapnya.

Menurut Tito, Saking intensifnya bertemu sewaktu pemeriksaan pada 2004, ia paham betul dengan tabiat Rois. Makanya, ketika bertemu sekarang, mereka seperti dua kawan lama yang bereuni.

“Saya paham sekali dengan dia, dia terlibat di filipina. Kontak senjata dengan filipinia melawan tentara Filipina. Jadi dia itu cukup terlatih. Dia dilatih oleh lulusan Afghanistan,” Tito menerangkan.

Dalam pertemuan di Lapas Pasir Putih, Rois juga sempat Curhat bahwa Lapas sangat ketat. Rois mengaku, kondisi itu berbeda jauh dari saat ia ditahan di Polda Metro Jaya.

“Jadi dia merasakan bahwa waktu zaman dia dia ditahan di Polda Mtero Jaya, dia bebas. Begitu di sini, dia bilang, ‘Ampun saya. Cuma segini, Sudah tidak bisa ngapa-ngapain saya’,” ujar Tito, menirukan perkataan Rois.

Lapas

Pembangunan Lapas “High Risk” Karanganyar, Nusakambangan terus dikebut agar selesai di tahun 2018 dan operasional 2019. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pembangunan Lapas “High Risk” Karanganyar, Nusakambangan terus dikebut agar selesai di tahun 2018 dan operasional 2019. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Menurut Tito, apa yang dikatakan oleh Rois memang benar adanya. Rois ditempatkan di sel khusus blok teroris. Tiap kegiatan napi teroris tak pernah lepas sedetik pun dari pantauan petugas.

Mereka juga ditempatkan di sel-sel khusus, semacam isolasi, lantaran dikhawatirkan terus mengembangkan ajaran radikal dan terorisme. Saat ini, ada 22 orang teroris yang ditahan di Lapas ini.

Menkumham, Yasonna Laoly menerangkan, Lapas Pasir Putih memang didesain sebagai lapas yang dapat mencegah penyebaran paham terorisme. Para terpidana terorisme yang berisiko tinggi ditempatkan di sel khusus.

Lapas Pasir Putih dan Lapas Khusus Bandar Narkoba adalah dua dari tiga Lapas high risk yang dibangun di Nusakambangan, Satu lainnya adalah Lapas Very High Risk Karanganyar yang berkapasitas 500 orang.

Lapas ini tengah dibangun dan dijadwalkan selesai pada 2018. Pada 2019, Lapas Karanganyar dijadwalkan sudah beroperasi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya