Liputan6.com, Jayapura - Mgr Aloysius Murwito selaku Uskup Agats, ibu kota Kabupaten Asmat, mengatakan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, masih rendah kualitasnya, khususnya dedikasi petugas di lapangan.
"Dalam kunjungan saya ke sejumlah kampung, sering dijumpai petugas puskesmas pembantu tidak di tempat. Sementara, hubungan antara kampung dan puskesmas jauh dan hanya bisa ditempuh dengan transportasi air," ujar Aloysius ketika dikonfirmasi dari Jayapura, dilansir Antara, Selasa (16/1/2018).
Aloysius mengatakan, tidak ada jalan darat di Asmat. Kebijakan yang bagus dari pimpinan daerah sering kurang maksimal dilaksanakan di kampung karena dedikasi petugas dan alat komunikasi yang amat kurang.
Advertisement
"Belum ada jaringan komunikasi antarkampung dan pusat kampung, kecuali dua pusat distrik," ujarnya lagi.
Baca Juga
Menurut dia, makanan yang bergizi juga kurang, termasuk terbatasnya sayuran. Warga juga tidak setiap hari dapat ikan. Karena itu, gizi ibu kurang dan air susu ibu menjadi kurang kualitasnya dan membuat anak-anak terdampak.
"Di daerah Asmat ini saya kira sekitar 40 persen kondisi kesehatannya masih di bawah standar normal," ujarnya lagi.
Dia mengatakan, program imunisasi belum menjangkau setiap anak di kampung yang kini terkena wabah campak menyerang anak-anak. Hal itu menandakan kondisi kesehatan semakin kritis.
Ia menuturkan, masyarakat di distrik-distrik yang dekat dengan pusat kabupaten terlihat lebih sehat karena lebih mudah dapat uang dari penjualan ikan dan kesadaran akan hidup sehat lebih baik. Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat yang hidup di kampung-kampung di pedalaman.
"Waktu saya pimpin ibadah hari Minggu lalu, di Ewer dekat Agats, tampak anak-anak lebih sehat dan ceria," katanya.
Ia menambahkan, data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, dari 23 distrik yang ada, positif kena campak dengan jumlah jiwa sebanyak 471 anak. Sedangkan, anak yang meninggal karena campak sebanyak 59 orang.
Koin untuk Asmat
Komunitas Wartawan Jayapura menggelar aksi sejuta koin untuk Asmat dalam rangka mendukung langkah pemerintah daerah menangani wabah campak dan dampak gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua.
Meirto Tangkepayung, Koordinator Komunitas Wartawan, mengatakan aksi seribu koin ini merupakan bentuk kepedulian dan keprihatinan para kuli tinta terhadap anak-anak yang terkena wabah campak dan mengalami gizi buruk.
"Dalam aksi ini, kami para wartawan akan mengumpulkan uang koin untuk selanjutnya akan diberikan kepada posko penanganan wabah campak dan gizi buruk yang telah dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asmat," katanya yang juga merupakan Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Provinsi Papua, di Jayapura, Selasa (16/1/2018), dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com.
Menurut Meirto, aksi koin untuk Asmat ini dimulai per Senin, 15 Januari 2018. Aksi diawali dengan sumbangan dana sebesar Rp 2 juta dari IJTI Provinsi Papua.
"Jadi teman-teman jurnalis yang ingin berpartisipasi bisa menghubungi saya sendiri, Odeodata H. Julia-Bisnis Papua (Abepura) dan Bebo-TVPapua.com (Jayapura)," ujarnya.
Dia menjelaskan, selain wartawan, masyarakat umum juga dapat ikut berpartisipasi dalam aksi sosial bagi anak-anak di Kabupaten Asmat ini.
"Rencananya kami juga akan melakukan aksi bagi bunga di jalan sebagai salah satu bentuk kepedulian lainnya bagi anak-anak Asmat yang menjadi korban campak dan gizi buruk pada Kamis (18/1/2018)," katanya lagi.
Dia berharap aksi koin untuk Asmat dapat mengurangi beban keluarga korban di Asmat dan membantu pemerintah daerah serta jajarannya menangani kasus campak dan gizi buruk tersebut.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement