Gunung Sinabung Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 3,5 Km

Selain menyemburkan abu vulkanik, aktivitas Gunung Sinabung juga mengakibatkan gempa dengan durasi 325 detik.

oleh Reza Efendi diperbarui 18 Jan 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2018, 13:00 WIB
Gunung Sinabung
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali erupsi, pada Kamis (18/1/2018). (Foto: PVMBG/Liputan6.com/Reza Efendi)

Liputan6.com, Karo - Aktivitas vulkanik Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, masih tinggi. Terbaru, gunung api yang berstatus Awas (Level IV) sejak 2 Juni 2015 itu erupsi dengan menyemburkan abu vulkanik setinggi 3.500 meter.

Kepala Pos Pemantau Gunung Sinabung, Armen Putra mengatakan, erupsi setinggi 3.500 meter dengan amplitudo 66 mm terjadi pagi sekitar pukul 09.03 WIB. Selain menyemburkan abu vulkanik, aktivitas gunung setinggi 2.460 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu juga mengakibatkan gempa dengan durasi 325 detik.

"Angin berembus lemah ke arah selatan-barat daya," ucap Armen, Kamis (18/1/2018).

Ia menjelaskan, petugas pos terus memantau aktivitas Gunung Sinabung dari CCTV (kamera pengamat) dan Thermal Cam milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Pemantauan dilakukan dari Pos Pengamatan Gunung Sinabung," sebutnya.

Radius Bahaya Gunung Sinabung

Awal 2018, Gunung Sinabung Sudah 8 Kali Erupsi
Ketinggian abu vulkanik tertinggi akibat erupsi Gunung Sinabung pada awal tahun mencapai 2,8 kilometer. (dok. PVMBG/Reza Efendi)

Dengan tingginya aktivitas Gunung Sinabung saat ini, Armen mengimbau kepada masyarakat dan pengunjung ataupun wisatawan tidak beraktivitas di dalam radius tiga kilometer dari puncak.

"Di dalam jarak tujuh kilometer sektor selatan-tenggara, di dalam jarak enam kilometer sektor tenggara-timur, dan di dalam jarak empat kilometer untuk sektor utara-timur Gunung Sinabung diimbau jangan ada aktivitas," imbaunya.

Kemudian bagi masyarakat yang berada ataupun bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung, agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar.

Mengingat telah terbentuk bendungan di hulu Sungai Laborus, maka penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran sungai Laborus agar tetap menjaga kewaspadaan.

"Karena bendungan ini sewaktu-waktu dapat jebol akibat tidak kuat menahan volume air, sehingga mengakibatkan lahar atau banjir bandang ke hilir," ujar Armen.

Lokasi Pengungsian Kosong Melompong

Korban Sinabung Kini Tak Lagi Tinggal di Lokasi Pengungsian
Status Gunung Sinabung sejauh ini masih berstatus level IV atau awas. Pengungsi korban erupsi kini menempati huntara. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Beberapa hari lalu, Wakil Gubernur Sumatera Utara, Nurhajizah Marpaung, menyebutkan saat ini tidak ada lagi warga korban erupsi Gunung Sinabung yang berada di lokasi pengungsian.

Hal ini disampaikannya saat meresmikan Pembukaan Kunci Penempatan Hunian Sementara (Huntara) di Desa Ndokum Siroga, Kabupaten Karo.

"Kalau ada sesuatu menimpa kita, bagaimanapun harus tetap kompak. Apalagi erupsi sudah cukup lama berlangsung, makanya kita harus sabar dan bersyukur," ucap Wagub di hadapan ratusan warga di lokasi Huntara yang sebagiannya telah dihuni, Kamis, 11 Januari 2018.

Nurhajizah mengingatkan, masyarakat yang ada agar tidak perlu marah kepada siapa pun, terutama kepada Yang Maha Kuasa. Menurutnya, setiap musibah yang terjadi pasti akan ada hikmah kebaikan di balik itu.

Wagub berharap keberadaan korban erupsi Gunung Sinabung di Huntara tidak terlalu lama, sebelum pindah ke hunian tetap (Huntap) yang tengah dipersiapkan pemerintah.

"Kami juga ingatkan kepada warga, jangan ada yang coba mendekati dan melewati zona merah. Meskipun kami tahu, sebagian besar di sini adalah petani," kata Nurhajizah.

Wagub menyampaikan, ratusan kepala keluarga sudah masuk ke Huntara yang berada di Desa Ndokum Siroga 1, 2 dan 3. Sejak dua hari lalu, korban erupsi Sinabung sudah mulai membersihkan lokasi hunian dan memindahkan barang-barang rumah tangga.

Bupati Karo, Terkelin Brahmana mengatakan, Huntara bukanlah hunian yang sempurna. Maka itu, ia berharap masyarakat yang tinggal di lokasi bisa memaklumi keterbatasan tersebut. Ia juga menjanjikan kekurangan yang ada segera diperbaiki.

"Kepada Kepala Desa dan Camat, mohon diperhatikan kebutuhan primer warga seperti lampu penerangan. Semua yang terkait, kita minta agar peka terhadap kondisi yang ada. Karena itu juga, kami berterima kasih kepada pemerintah pusat dan provinsi," kata Terkelin.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya