Jejak Berharga KKN Undip di Kaki Gunung Sumbing

Jiika tak bisa menciptakan hal baru, buatlah alat yang sama dengan harga lebih murah. Mahasiswa KKN Undip melakukannya di kaki Gunung Sumbing.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 12 Feb 2018, 01:00 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2018, 01:00 WIB
kkn
Jaranan Senterewe, memadukan dua kutub kesenian rakyat, lama dan kekinian. Kuda lumping dan Dangdut. (foto: Liputan6.com/vio/edhie)

Liputan6.com, Temanggung - KKN (Kuliah Kerja Nyata) bagi mahasiswa barangkali dianggap sebagai salah satu terminal dari rangkaian pembelajaran. Tak banyak yang berharap KKN akan mengubah kehidupan masyarakat. Agak berbeda menyikapi, para mahasiswa justru memperlakukan KKN sebagai laboratorium karya atas ilmu mereka.

Seperti dilakukan tim I KKN UNDIP 2018 di Kabupaten Temanggung, di kaki Gunung Sumbing. Melibatkan sekitar 300 mahasiswa, mereka berkoordinasi memajukan wilayah yang mereka tempati.

Menurut Aviola, salah satu mahasiswa, peserta KKN di desa Plumbon di Kabupaten Temanggung ada lebih dari 300 mahasiswa. Pada saat akhir mereka diminta menunjukkan karya mereka dalam acara Expo Temanggung Berbudaya di Kantor Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung.

"Biasanya kan mau makan pesan online, apa-apa online. Seru juga sekarang harus pamer karya," kata Vio, Minggu (11/2/2018).

Sementara itu, Zulkarnain dan Barry bekerjasama membuat electric plastic sealing. Dua mahasiswa Teknik Elektro Undip ini melihat produksi makanan kecil warga tidak efisien dalam pengemasan ceriping.

"Ini alat sederhana dan biayanya murah. Semoga produktivitas warga meningkat karena lebih efisien," kata Zulkarnaen.

Sebenarnya electric plastic sealing sudah sangat banyak dijual di pasaran. Harganya sekitar Rp 150 ribu / unit.

"Iya memang sudah banyak buatan pabrik. Tapi masyarakat masih menganggap itu sangat mahal. Makanya dalam KKN Undip ini, kita buatkan agar lebih murah," kata Denny.

 

Kuda Lumping Kekinian

kkn
Limbah plastik kemasan adalah salah satu karya mahasiswa KKN Undip yang ditampilkan dalam Expo Temanggung Berbudaya. (foto: Liputan6.com/vio/edhie)

Bukan hanya bereksperimen di masyarakat. Sebagian mahasiswa juga memilih ikut belajar kesenian rakyat setempat. Jaranan Senterewe adalah salah satu contohnya.

Tarian kuda lumping ini di tangan mahasiswa kemudian dipadukan dengan kesenian dangdut.

"Itu teman-teman yang di Tanggulangin," kata Vio.

Bagi para mahasiswa ini, KKN bukanlah sebuah beban. Banyak di antara mereka yang memperlakukan sebagai media untuk menyegarkan kepenatan otak. Dengan KKN, selain ilmu praktis juga ilmu bermasyarakat.

"Yang terakhir itu kan nggak ada pelajarannya. Bagaimana kita bersikap di masyarakat, bagaimana kita menjalin lobi dengan orang yang belum kita kenal. Seru dan menikmati pokoknya," kata Zul.

Zul, Vio, Denny adalah anak-anak muda yang sering disebut agen perubahan. Mereka masih butuh banyak laboratorium untuk mematangkan ilmunya agar benar-benar mampu menjadi agen perubahan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya