Darurat Sinyal Telepon Seluler di Merauke

Sinyal di Merauke kadang hilang sampai 30 menit atau 40 menit, bahkan 1 jam.

oleh Katharina Janur diperbarui 18 Feb 2018, 02:09 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2018, 02:09 WIB
Papua
Hiasan Kepala Tradisional pada masyarakat di bagian Selatan Papua. (Liputan6.com / Katharina Janur)

Liputan6.com, Jayapura - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mimika berpindah tempat untuk melaksanakan pleno penetapan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Mimika, periode 2018-2023.

Pemindahan lokasi dari Kota Timika ke Kota Jayapura dilakukan karena sinyal komunikasi Telkomsel di Kota Timika tiba-tiba hilang sejak tanggal 8 Februari 2018.

Lalu, jaringan internet di Kota Timika tidak berfungsi dengan baik. Padahal KPU harus memasukan data dukungan perseorangan hasil verifikasi faktual dari kampung-kampung ke Sistem Informasi Pencalonan (Silon).

"Gangguan jaringan internet di luar kendali kami. Rapat Pleno yang kami lakukan di Timika harus di tunda dan sudah sepakati dengan KPU Papua untuk dipindahkan ke Kota Jayapura," ujar Ketua KPU Mimika, Theodora Ocepina Magal, Sabtu (17/2/2018)Budaya Suku Sentani di Kabupaten Jayapura (Liputan6.com / Katharina Janur)Selain tak ada sinyal di Timika, pemindahan lokasi pleno dilakukan karena perang berkepanjangan di Kwamki Narama, sejak Oktober 2017 hingga saat ini.

Gangguan komunikasi lainnya juga terjadi di Kota Merauke. Walaupun berangsur pulih, namun sinyal kadang masih hilang secara tiba-tiba.

"Kadang hilang sampai 30 menit atau 40 menit, bahkan 1 jam. Tapi kadang-kadang muncul kembali," ucap Abdel, warga Distrik Kuprik, Kabupaten Merauke.

Walaupun sudah bisa berkomunikasi lewat pesan singkat atau menelpon langsung, tapi untuk melakukan layanan internet, masih sulit dilakukan di daerahnya.

"Saya bahkan harus ke arah Kota Merauke, sekitar 15-20 menit naik kendaraan bermotor, hanya untuk mendapatkan sinyal 4G atau 3G Telkomsel, agar bisa mengirim berita," ucap Abdel yang berprofesi sebagai jurnalis media online lokal di Papua.

Telkom Terus Memperbaiki

Papua
Melukis wajah. (Liputan6.com / Katarina Janur)

Kabel laut jalur Timika-Merauke, pada 8 Februari 2018, sekitar pukul 15.45 WIB atau 17.45 WIT putus dan mengakibatkan jalur layanan komunikasi di wilayah Merauke, Kaimana, Timika, Fakfak dan Nabire terputus.

Sejumlah upaya dilakukan oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom), untuk memulihkan layanan telekomunikasi di wilayah Timika, Nabire, dan Kaimana, yang sempat terkena dampak gangguan kabel laut.

"Layanan TelkomGroup untuk wilayah Timika, Nabire dan Kaimana telah kembali normal seperti sediakala menggunakan SMPCS (Sulawesi Maluku Papua Cable System)," kata Arif Prabowo, Vice President Corporate Communication Telkom dalam pesan elektronik yang diterima Liputan6.com.

Namun demikian, khusus untuk wilayah Merauke pemulihan layanan masih bersifat sementara dengan menggunakan link satelit dengan kapasitas yang terus diupayakan bertambah.Seorang pedangan sedang merapikan dagangannya berupa umbi-umbian di Pasar Timika (Liputan6.com / Katharina Janur)"Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, khususnya pelanggan setia TelkomGroup yang telah mendukung upaya recovery di beberapa wilayah Papua dan Papua Barat. Kami juga mohon doa dan dukungan untuk pemulihan secara menyeluruh, hingga ke wilayah Merauke yang masih terus kami upayakan semaksimal mungkin,” ucap Arif Prabowo.

General Manager Telkom Papua, Lonely Baringin Mangaranap menuturkan, hinga kini belum dipastikan penyebab gangguan kabel optik putus. Telkom Papua terus berupaya untuk penyambungan kembali kabel optik di perairan Merauke dapat disambung kembali. "Kapal Telkom belum bisa mengangkat kabel optik yang putus, sehingga belum kami ketahui secara jelas penyebeb putusnya kabel tersebut," jelas Lonely.

Putusnya kabel optik untuk komunikasi di Papua bukan hanya terjadi kali ini saja. Sejak dua tahun berturut-turut, kabel optik didasar laut beberapa kali mengalami gangguan.

Sebut saja pada 29 Desember 2016 lalu, kabel SKKL Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS), antara SPT Jayapura ke Kabupaten Sarmi dibawah laut putus pada 29 Desember 2016, mengakibatkan layanan di Jayapura, Sarmi dan beebrapa kabupaten lainnya terganggu.

Kabel optik seberat lebih dari 5 ton, proses kerjanya enam kali sambung. Untuk mengangkat kabel dari dasar laut harus 14 kali kait.

"Back up satelit bayarannya mahal. Kami terus lakukan perbaikan. Kabel untuk menyambung putusan di dasar laut, dibawa langsung dari Jepang. Tidak ada kabel produksi Cina dalam hal ini," kata Lonely kala itu.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya