Tangis Keluarga Pecah Sambut Kepulangan Parinah, TKI yang 18 Tahun Terpisah

Parinah, TKI yang terpisah dengan keluarganya selama 18 tahun itu, tiba di kediaman anak sulungnya, Sunarti di Nusawungu, Cilacap

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 12 Apr 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2018, 15:30 WIB
Parinah diapit oleh dua anaknya, Parsin dan Nurhamdan. (Foto: Liputan6.com/P4TKI CLP/Muhamad Ridlo)
Parinah diapit oleh dua anaknya, Parsin dan Nurhamdan. (Foto: Liputan6.com/P4TKI CLP/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Rumah mungil yang dikepung ladang dan persawahan di Nusawungu, Cilacap, Jawa Tengah itu menjadi saksi bagaimana Sunarti (38) harap-harap cemas menunggu kabar kepulangan Parinah, ibunya, yang terpisah dengannya selama 18 tahun.

Ya, ibundanya, sejak tahun 1999 mengadu nasib ke Arab Saudi sebagai Buruh Migran Indonesia (BMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sejak saat itu, mereka nyaris tak bisa saling bertukar kabar.

Bahkan, dua tahun semenjak berangkat, pada 2001, ia benar-benar tak lagi bisa berbagi kabar dengan ibunya.

Tanpa firasat, tiba-tiba, sepucuk surat diterima oleh anak Parinah lainnya, Parsin (36), di Petarangan Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas. Parinah dan keluarganya, memang tercatat sebagai warga Petarangan.

Belakangan diketahui, Parinah rupanya telah dibawa majikannya ke London, Inggris. Di tempat barunya, Parinah nyaris tak memiliki kesempatan untuk berkirim kabar. Ia dilarang oleh majikannya.

Lantas pada Februari 2018, anak-anak Parinah memutuskan untuk melapor ke Dinas Ketenagakerjaan Banyumas yang lantas mengarahkan mereka untuk melayangkan surat aduan ke Pos Pelayanan Pengaduan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI) Cilacap.

6 Februari 2018, Parsin dan Nurhamdan bertamu ke P4TKI Cilacap, menceritakan kronologi hilang kontaknya ibndanya, Parinah, sembari menyerahkan surat aduan sekaligus permohonan bantuan kepulangan ibundanya tercinta.

Penantian Panjang Keluarga Parinah Berakhir

Di rumah mungil di Nusawungu Cilacap, Parinah akan tinggal sementara. (Foto: Liputan6.com/P4TKI CLP/Muhamad Ridlo)
Di rumah mungil di Nusawungu Cilacap, Parinah akan tinggal sementara. (Foto: Liputan6.com/P4TKI CLP/Muhamad Ridlo)

Koordinator P4TKI Cilacap, Ervie Kusumasari mengungkapkan, dari surat yang dikirim Parinah kepada anaknya pada 6 Januari 2018, bisa diketahui bahwa Parinah tinggal di London, Inggris.

Dari informasi itu, P4TKI lantas berkirim surat ke BP3TKI Jateng dan BNP2TKI yang selanjutnya berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk pemulangan Parinah.

Penantian panjang keluarga berakhir Kamis, 12 April 2018. Parinah, TKI yang terpisah dengan keluarganya selama 18 tahun itu, tiba di kediaman anak sulungnya, Sunarti di Nusawungu, Cilacap sekitar pukul, 09.20 WIB.

Tangis haru pun pecah menyambut kedatangan ibunda tercinta, setelah 18 berpisah dan nyaris tanpa kabar. Di rumah Parsini, hadir pula Parsin dan Nurhamdan beserta keluarganya masing-masing, alias menantu dan cucu-cucu Parinah.

Usai tiba di Bandara Soekarno Hatta, Rabu malam, atas permintaan Parinah sendiri, ia diantar oleh petugas Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang, Banten ke rumah anak sulungnya, Sunarti di Nusawungu.

“Ya sudah tiba sekitar jam 09.20 WIB. Saya di rumahnya anaknya Bu Parinah,” ucap Ervie, kepada Liputan6.com.

Nasib Majikan Parinah

Paspor Parinah yang diterbitkan oleh KBRI Londong, Inggris, menjelang kepulangannya. (Foto: Liputan6.com/P4TKI CLP/Muhamad Ridlo)
Paspor Parinah yang diterbitkan oleh KBRI Londong, Inggris, menjelang kepulangannya. (Foto: Liputan6.com/P4TKI CLP/Muhamad Ridlo)

Parinah hilang kontak dengan keluarganya selama nyaris selama 18 tahun. Surat-surat balasan dari anak-anaknya disimpan oleh majikan dan tak pernah diberikan kepada Parinah.

Parinah pada awalnya bekerja di Arab Saudi dari 1999-2001. Lantas, ia dibawa keluarga majikannya ke London, Inggris hingga 2018. Sejak saat itu, Parinah putus kontak dari keluarganya.

Semasa bekerja kepada majikannya, ia tak digaji. Parinah juga dilarang cuti. Namun, berdasar keterangan Parinah, menurut Ervie, majikannya tak pernah melakukan kekerasan.

Kebutuhan hidup, seperti makanan pun selalu dipenuhi. Hanya saja, saat keluar rumah Parinah selalu dikawal oleh keluarga majikan.

Parinah pun tak bisa berkirim surat ke keluarganya. Sampai akhirnya, Parinah bisa berkirim surat tanpa sepengetahuan majikannya.

“Majikannya sekarang ditahan, menunggu persidangan,” Ervie menerangkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya