Hikayat Nenek Sawiyah dan Kambing dari Menteri

Mentan Amran membagikan membagikan 30 ekor kambing dengan kualitas unggul dan 475 ribu ekor ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) di Desa Sangkanayu, Purbalingga

oleh Muhamad RidloGaloeh Widura diperbarui 10 Mei 2018, 09:01 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2018, 09:01 WIB
Nenek Sawiyah semringah setelah memperoleh kambing bantuan pemerintah dari Mentan Andi Amran Sulaiman. (Foto: Liputan6.com/Galoeh Widura)
Nenek Sawiyah semringah setelah memperoleh kambing bantuan pemerintah dari Mentan Andi Amran Sulaiman. (Liputan6.com/Galoeh Widura)

Liputan6.com, Purbalingga - Nenek Sawiyah hanya tercenung tatkala Menteri Pertanian atau Mentan Andi Amran Sulaiman bertanya soal kehidupannya sehari-hari. Ia bingung dan tak menjawab sepatah kata pun.

Maklum, Warga Sangkanayu, Purbalingga, Jawa Tengah ini tak mengerti bahasa yang digunakan sang menteri. Lagi pula, ia canggung bukan kepalang. Nenek Sawiyah pun salah tingkah dibuatnya.

Seumur-umur, baru kali ini perempuan berusia 74 tahun itu duduk diapit langsung dua pejabat tinggi. Satu Mentan Andi Amran Sulaiman, satunya lagi Bupati Purbalingga, Tasdi.

Mengetahui Nenek Sawiyah bingung, Bupati Tasdi menerjemahkan pertanyaan Mentan ke bahasa Jawa Krama Alus. "Kalih sinten teng ndalem, ibu (tinggal dengan siapa di rumah, bu)?" Tasdi bertanya, setengah berbisik.

"Kalih putra wayah, pak (dengan anak dan cucu, pak)," ucap Sawiyah, sedikit terbata.

Suasana kaku itu mendadak berubah ceria ketika seorang petugas membawa seekor kambing betina nan jumbo. Wajah nenek Sawiyah langsung berbinar mengetahui kambing itu diberikan kepadanya.

Tak peduli nenek Sawiyah paham atau tidak, Mentan Andi Amran Sulaiman berpesan agar si nenek merawat kambing ini agar cepat beranak dan bisa membantu ekonomi keluarga. Adapun nenek Sawiyah, terus tersenyum hingga diperkenankan turun dari panggung.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Program Pengentasan Kemiskinan ala Kementan

Mentan Andi Amran melihat cara kerja alsintan yang dibagikan Kementan. (Foto: Liputan6.com/Galoeh Widura)
Mentan Andi Amran melihat cara kerja alsintan yang dibagikan Kementan. (Liputan6.com/Galoeh Widura)

Kepada perangkat desa, Amran juga meminta nenek itu dibantu merawat kambing. Begitu juga dengan ayam dan kambing lainnya, agar bermanfaat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selasa, 8 Mei 2018, Mentan membagikan membagikan 30 ekor kambing dengan kualitas unggul dan 475 ribu ekor ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) di Desa Sangkanayu, Purbalingga.

Kambing dan ayam kampung itu dibagikan kepada 810 keluarga, sebagai bagian dari program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) Kementerian Pertanian dengan tema “Pengentasan Kemiskinan untuk 1.000 Desa di 100 Kabupaten” seluruh Indonesia.

Selama enam bulan ke depan, penerima hewan ternak akan difasilitasi pakan dan konsentrat hingga ayam bertelur. Ayam akan diserahterimakan secara resmi kepada warga, ketika sudah berproduksi.

Dalam kesempatan itu, Mentan juga mendistribusikan 31 ribu batang bibit pohon pisang yang bakal ditanam di 31 hektar lahan, 1.000 bibit cabai, 100 batang bibit pohon durian. Sangkanayu diharapkan bisa menjadi desa klaster atau pusat produk hasil pertanian.

“Tanah Indonesia itu tanahnya subur tapi kenapa petaninya kurang sejahtera? Perlu sinergi dari semua pihak agar petani kita berdaya, punya daya saing di level internasional,” Amran menerangkan.

Purbalingga Surplus Beras 40 Persen di 2017

Petani memanen dengan mesin (harvester) bantuan Kementan, mampu mempercepat pemanenan padi dibandingkan cara manual. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani memanen dengan mesin (harvester) bantuan Kementan, mampu mempercepat pemanenan padi dibandingkan cara manual. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Desa Sangkanayu adalah salah satu desa paling miskin dari 50 desa zona merah se-Purbalingga. Adapun di Jawa Tengah, Purbalingga menempati peringkat keempat sebagai kabupaten/kota termiskin.

Melihat peluang keberhasilan program Bekerja, Bupati Purbalingga, Tasdi pun akan meniru program padat karya bidang pertanian dan peternakan itu. Dia menargetkan angka kemsikinan turun dari 18,8 persen ke angka 10 persen.

"Pak Andi yakin dengan program yang digalakkan bisa menekan angka kemiskinan di bawah 10 persen, karena itu pemkab juga harus optimistis," ucap Tasdi.

Keyakinan Tasdi ini cukup beraalasan lantaran Purbalingga nyaris tiap tahun surplus beras. Kabar ini, menjadi angin segar untuk pemerintah yang tengah menggenjot beragam program pengentasan kemiskinan. Musababnya, warga miskin kebanyakan berprofesi sebagai petani dan hidup di pedesaan.

Kepala Dinas Pertanian Purbalingga, Lili Purwati mengungkapkan luas tanam padi 2017 mencapai 43.936,1 hektare. Produktivitas setelah dihitung rendemen sebanyak 148.519 ton beras, dan tertinggi sejak 2014.

"Jumlah kebutuhan beras di sini sekitar 78.954 ton beras per tahun, jadi surplus lebih dari 40 persen," Lili menjelaskan.

Luas tanam dan produktivitas bisa ditingkatkan dengan mendatangkan lebih banyak traktor roda empat. Satu kelompok tani dengan luas lahan 25 hektare hanya membutuhkan waktu 20 jam mengolah tanah menggunakan 3 unit traktor.

Kendala Mesin Modern di Tingkat Petani

Mesin penanam (transplanter) dari Kementan membuat biaya tanam turun dan mempercepat kerja petani. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Mesin penanam (transplanter) dari Kementan membuat biaya tanam turun dan mempercepat kerja petani. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sebab itu, Dinas Pertanian Purbalingga dan Kodim 0702/Purbalingga bekerja sama memaksimalkan alat mesin pertanian (alsintan) yang diberikan Kementan. Luas tanam diharapkan terus bertambah untuk mendukung program ketahanan pangan.

Jika semua petani memaksimalkan alsintan, maka penggarapan lahan bisa dipercepat dan menghemat biaya produksi hingga 30 persen. Diperkirakan, untuk menggarap lahan satu hektare menggunakan traktor roda empat hanya menghabiskan dana sekitar Rp 1.000.000.

Mentan Amran pun mengklaim, Kementan telah mendistribusikan alat mesin pertanian hingga 300 ribu unit. Meningkat sekitar 2.000 persen dibanding sebelum dia menjabat.

Sayangnya, meski bentuan melimpah, namun petani masih menghadapi kendala teknis. Kepada Menteri, petani mengaku kerap kesulitan mendapat solar di SPBU.

Padahal, untuk mendapatkan subsidi solar, kelompok tani sudah mengantongi surat pengantar dari Dinas Pertanian. Setiap satu hektar direkomendasikan memperoleh delapan liter solar.

"Kalau beli seringnya dibilang kosong," Sunaryo, petani Desa Kembangan, mengeluh.

Menanggapi hal itu, Amran mengatakan agar petani tidak mengeluh. Mereka harus mengubah mindset dan mengupayakan agar bantuan tidak sia-sia diberikan. Namun begitu, ia pun berpesan agar pemerintah daerah memfasilitasi petani yang mengalami kendala.

“Jika petani di sini mindset-nya salah maka tidak akan dapat berbuat banyak," ucap Amran, separuh memotivasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya