Panen Kali Ini, Bulog Jateng Mengaku Sulit Serap Beras Petani

Bulog Jateng membeberkan berbagai alasan sulitnye menyerap beras hasil panen warga pada musim panen kali ini.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 20 Mar 2018, 09:01 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2018, 09:01 WIB
Petani panen padi saat kunjungan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman di Wanareja, Cilacap, 2017 lalu. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani panen padi saat kunjungan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman di Wanareja, Cilacap, 2017 lalu. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Panen padi masa tanam pertama (MT 1) 2018 di Kabupaten Banyumas dimulai pada pertengahan Februari dan mencapai puncak panen raya antara sekitar akhir Februari hingga Maret ini. Serapan beras oleh Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Jawa Tengah Sub-Divisi Regional (Sub Divre) IV Banyumas pun dimulai.

Di berbagai wilayah Banyumas, panen telah nyaris selesai. Saat ini, sudah lebih dari 60 persen hamparan padi yang dipanen.

Namun, Bulog Sub Divre IV Banyumas masih kesulitan serap beras. Hingga Minggu, 18 Maret 2018, Bulog baru berhasil menyerap sekitar lima persen dari target serapan beras tahun 2018 sebesar 60 ribu ton.

Kepala Bulog Sub Divre IV Banyumas, Sony Supriyadi mengatakan beras yang masuk ke gudang Bulog dari para kontraktor baru sebanyak 3.217 ton. Padahal, serapan beras telah dibuka sejak akhir dasarian kedua Februari, atau sudah sebulan lebih.

Dia menduga, penyebab seretnya serapan beras lantaran harga beras dan gabah yang masih tinggi di pasaran. Saat ini, harga beras medium di pasaran memang masih berkisar antara Rp 9.000 hingga Rp 10 ribu per kilogram.

Fenomena Susutnya Nilai Kontrak Suplai Beras ke Bulog

Panen padi Masa Tanam Pertama (MT 1) 2018 tahun ini cukup baik. Rata-rata per hektar menghasilkan gabah antara 6-7 ton per hektare. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Panen padi Masa Tanam Pertama (MT 1) 2018 tahun ini cukup baik. Rata-rata per hektar menghasilkan gabah antara 6-7 ton per hektare. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Selain itu, ada fenomena baru di kalangan kontraktor beras. Biasanya, para kontraktor mengambil kontrak dengan jumlah ratusan ton per bulan. Namun, pada serapan beras kali ini mereka hanya mengambil kontrak dengan nilai 30-60 ton per bulan.

Adapun jumlah kontraktor beras yang biasa menyuplai ke Bulog sub-Divre IV Jateng adalah 60 orang.

"Iya, saya juga heran makanya, kita juga sudah mengejar-ngejar, kontraknya cuma 30-60 ton. Kalau kontrak itu kan berlakunya satu bulan," ucap Sony Supriyadi, Senin sore, 19 Maret 2018.

Namun begitu, Sony yakin pada puncak panen raya MT 1 ini, serapan beras bisa optimal. Target serapan beras di tahun ini akan dimaksimalkan pada panen MT 1 yang berakhir pada April 2018 esok.

Di wilayah Banyumas dan sekitarnya saat ini panen sudah lebih dari 50 persen. Dia berharap setelah MT 2 dimulai, serapan beras lebih optimal.

Untuk mendongkrak serapan beras, harga ketetapan pemerintah telah dinaikkan dari sebelumnya Rp 7.300 per kilogram menjadi Rp 8.250 per kilogram.

Bulog Terapkan Harga Fleksibilitas 20 Persen untuk Genjot Serapan Beras

Panen raya di wilayah Sidareja, Cilacap sudah hampir usai. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Panen raya di wilayah Sidareja, Cilacap sudah hampir usai. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Lantaran tak ada kontraktor yang meneken kontrak, lantas Bulog kembali menaikkan harga pembelian menjadi Rp 8.760 per kilogram.

"Dinaikkan dengan harga fleksibilitas sebesar 20 persen. Sekarang harga belinya Rp 8.760 per kilogram," dia menjelaskan.

Pada musim panen MT 1 2018 ini, Bulog Sub-Divre IV Banyumas yang wilayahnya meliputi Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, dan Purbalingga menargetkan serapan beras sebanyak 25 ribu ton.

Pada akhir Maret dan April harga beras dan gabah diprediksi kembali turun sehingga serapan bisa maksimal.

Pada panen MT 1 ini, harga pembelian Gabah Kering Giling (GKG) Bulog adalah Rp 5.400 per kilogram. Harga gabah ini cukup tinggi dibanding serapan tahun 2017 lalu yang hanya di kisaran Rp 4.750 per kilogram.

Bulog mensyaratkan kualitas beras medium yang diserap berkadar air (KA) 14 persen, butir patah 20 persen, menir dua persen dan derajat sosoh 95 persen, sesuai Inpres 5 tahun 2005. Sementara, syarat GKG adalah KA 14 persen, kadar hampa kotoran tiga persen.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya