Sejarah di Balik Hari Jadi Kota Yogyakarta Setiap 7 Oktober

Tidak semua orang tahu, mengapa 7 Oktober dipilih sebagai hari jadi Kota Yogyakarta.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 08 Okt 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2018, 16:00 WIB
WJNC #3
Wayang Jogja Night Carnival #3 kembali digelar di sepanjang jalan Sudirman sampai Margo Utomo untuk merayakan HUT ke-262 Kota Yogyakarta (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta Kota Yogyakarta merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-262 pada 7 Oktober 2018. Penetapan tanggal itu sebagai hari jadi kota yang dikenal sebagai kota budaya dan pelajar bukan tanpa alasan.

Catatan sejarah melatarbelakangi penetapan tanggal hari jadi atau HUT Kota Yogyakarta. Berawal dari Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, Mataram terbagi dua, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Perjanjian itu muncul setelah VOC kewalahan mengatasi serangan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said. Keduanya mendapat dukungan terus menerus dari rakyat dan pengaruhnya semakin luas. Bahkan, rakyat menobatkan Pangeran Mangkubumi sebagai raja yang dikenal sebagai Sri Susuhunan Kebanaran.

VOC coba meredakan perlawanan Pangeran Mangkubumi lewat jalur damai. Setelah mendapat restu dari Sunan Pakubuwono III, VOC menawarkan Perjanjian Giyanti.

Pangeran Mangkubumi diakui menjadi raja Ngayogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwono (HB) I.

Sultan HB I memproklamirkan berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat pada 13 Maret 1755. Saat itu ia Sultan belum mempunyai istana tetap.

Pada 9 Oktober 1755, pembangunan keraton dimulai dengan melakukan babat alas hutan Pabringan. Untuk sementara, Sultan HB I menempati Pesanggrahan Ambar Ketawang. Dari tempat itu, ia ikut mengawasi dan mengatur pembangunan keraton.

Pembangunan keraton selesai pada 7 Oktober 1756, Sultan HB I beserta keluarga dan pengikut boyongan ke keraton. Momentum inilah yang menjadi dasar penentuan HUT Kota Yogyakarta.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Simak video menarik di bawah :

 

Acara Tahunan Wayang Jogja Night Carnival

WJNC #3
Wayang Jogja Night Carnival #3 kembali digelar di sepanjang jalan Sudirman sampai Margo Utomo untuk merayakan HUT ke-262 Kota Yogyakarta (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Sudah tiga tahun terakhir, perayaan HUT Kota Yogyakarta diwarnai dengan karnaval wayang orang bertajuk Wayang Jogja Night Carnival (WJNC). Acara yang menggabungkan seni tradisi dan Street art itu mampu menarik perhatian warga Yogyakarta yang rela berdesakan dan berkumpul di kawasan Tugu Pal Putih.

WJNC #3 yang digelar tahun ini juga tak kalah ramai. Sekitar 1.400 peserta dari 14 kecamatan menampilkan atraksi dan pawai wayang orang di sepanjang Jalan Sudirman sampai Margo Utomo.

Beberapa pawai wayang yang ditampilkan antara lain, Rama Sinta dari Kecamatan Kotagede, Srikandi dari Danurejan, Kunti dari Gondomanan, Kresna dari Gondokusuman, Larasati dari Kraton, dan Hanoman dari Umbulharjo.

Karnaval wayang dibuka dengan Narasinga yang diperankan oleh perwakilan dari tiap kecamatan. Narasinga merupakan reinkarnasi dari Wisnu.

Sesuai namanya, nara berarti manusia dan singa adalah hewan singa, sosok ini berwujud manusia berkepala singa. Dia sengaja dijadikan Ikon karnaval wayang pada tahun ini karena sarat makna.

Narasinga merupakan pelindung yang merawat semesta. Dia juga menjaga keseimbangan dan menciptakan harmonisasi.

"Perhelatan ini mengukuhkan Yogyakarta sebagai kota budaya penuh toleransi untuk mengikis intoleransi di beberapa titik," ujar Sultan HB X, Gubernur DIY, dalam sambutannya.

Ia menilai ikon karnaval yang berkolaborasi dengan wayang kreatif menjadi media refleksi masyarakat supaya semangat membangun kota tetap berakal kuat pada filosofi kelahirannya.

 

Penetapan Bulan Promosi Pariwisata

WJNC #3
Wayang Jogja Night Carnival #3 kembali digelar di sepanjang jalan Sudirman sampai Margo Utomo untuk merayakan HUT ke-262 Kota Yogyakarta (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Bersamaan dengan HUT ke-262 Kota Yogyakarta, Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti juga menetapkan Oktober sebagai Bulan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta.

"Setiap Oktober selalu ada kalender tetap beragam perhelatan yang mempromosikan Kota Yogyakarta," ujarnya.

Ia menyebutkan sejumlah event sudah digelar selama Oktober, antara lain, Festival Jogjakarta, Malioboro night coffee, dan sebagainya. Di bulan ini juga ada sejumlah pameran produk kreatif dan lokal, serta pameran burung berkicau.

Haryadi mencontohkan lewat Malioboro Night Coffee yang membagikan ribuan cup kopi secara gratis membawa pesan Yogyakarta bisa menjadi tempat menemukan kopi terbaik.

Ia mengungkapkan peringatan hari jadi melahirkan rasa haru, bangga, dan harapan. Ia juga mengajak masyarakat bersama-sama mewujudkan Yogyakarta yang nyaman aman dan berkarakter serta berkontribusi terhadap Indonesia.

"Tantangan harus dihadapi dan peluang yang harus diraih supaya lebih humanis dari segala aspek," ucap Haryadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya