Awal Musim Hujan, Ada Kabar Apa di Banyumas dan Kebumen?

Meski sudah memasuki musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen masih mengirimkan air bersih ke desa-desa yang mengalami krisis air bersih.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 04 Nov 2018, 10:01 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2018, 10:01 WIB
Ilustrasi – Awan tebal menjelang hujan deras. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Awan tebal menjelang hujan deras. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Musim hujan tiba di sejumlah wilayah Jawa Tengah akhir Oktober 2018 lalu. Tetapi, lantaran intensitasnya masih ringan dan belum merata air yang turun dari langit itu belum cukup membuat sumur-sumur warga terisi.

Akibatnya, meski sudah memasuki musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen masih mengirimkan air bersih ke desa-desa yang mengalami krisis air bersih.

Hingga Sabtu, 3 November 2018, BPBD telah mengirimkan sebanyak 1668 tangki air bersih ke 57 desa yang mengalami krisis. Desa-desa itu tersebar di 14 kecamatan wilayah Kebumen.

Bahkan kini pengiriman per hari meningkat lantaran semakin banyaknya desa yang mengalami krisis air bersih. Pekan ini saja, pengiriman air bersih mencapai 148 tangki.

Masalahnya, BPBD Kebumen sudah kehabisan stok air bersih. Sebabnya, BPBD Kebumen sebenarnya hanya menyediakan sebanyak 1.400 tangki air bersih.

"Perkiraannya musim hujan tiba awal Oktober. Ya meleset memang," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kebumen, Eko Widianto.

Dia mengungkapkan, air bersih yang kini dikirimkan ke warga itu adalah bantuan dari pihak lain, seperti kepolisian, PMI, organisasi masyarakat dan lain sebagainya. Terakhir, pekan ini BPBD mendapat bantuan air bersih dari Baznas sebanyak 200 tangki air bersih.

Meski sudah dibantu pengadaan air bersih oleh lembaga lainnya, akan tetapi persediaan air bersih BPBD diperkirakan tinggal dua pekan lagi. Jika kemarau masih berlangsung, diperkirakan BPBD sudah tak lagi bisa mengirimkan air bersih.

Di luar bantuan air bersih dari Baznas itu, BPBD sudah tak lagi memiliki anggaran untuk pengiriman air bersih. Satu-satunya harapan, musim hujan konstan segera turun di Kebumen agar sumur warga terisi air.

"Harapan kita ya hujan deras segera turun," dia menambahkan.

66 Desa di Banyumas Masih Mengalami Krisis Air Bersih di Awal Penghujan

Ilustrasi - Pengiriman air bersih di Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Pengiriman air bersih di Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Musim hujan juga sudah tiba di Banyumas. Tetapi, sama dengan yang terjadi di Kebumen, hujan itu tak membuat jumlah desa yang mengalami krisis air bersih berkurang.

Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Kusworo mengatakan hujan sebagian besar terjadi di wilayah lereng Gunung Slamet atau wilayah bagian atas.

Sementara, krisis air bersih kebanyakan melanda wilayah selatan dan barat Banyumas. Akibatnya, jumlah desa yang mengalami krisis pun tak berkurang signifikan.

"Informasi terakhir 66 desa," kata Kusworo.

Dia menerangkan, hujan di wilayah selatan dan barat Banyumas masih bersifat sporadis dan belum terserap tanah. Akibatnya, sumur warga pun masih kering.

Bahkan kini intensitas pengiriman air bersih sudah semakin meningkat. Sebab, BPBD harus mengirimkan air bersih ke banyak desa dengan jumlah armada terbatas. Selain itu, jarak pengiriman air bersih pun semakin jauh.

"Yang berangkat kemarin saja baru pulang tadi jam 10.00 WIB. Mengirim dalam waktu 24 jam lebih, 30 jam malah. Karena lokasi pengiriman air bersih jauh, kemudian permintaan juga semakin banyak dengan jumlah armada yang terbatas," dia menerangkan.

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan musim hujan di selatan Garis Katulistiwa, terutama di Pulau Jawa memang mundur antara satu hingga tiga dasarian akibat fenomena El Nino lemah. El Nino ini menyebabkan kemarau lebih panjang dari biasanya.

Contohnya, di Banyumas musim hujan mundur dua dasarian dari yang biasanya awal Oktober menjadi akhir Oktober. Sebagaimana lazimnya awal penghujan, biasanya hujan masih berintensitas ringan dan belum merata.

"November mudah-mudahan mulai merata," ucapnya, dalam kesempatan terpisah.

Fenomena El Nino juga menyebabkan curah hujan di beberapa wilayah di Jawa Tengah rendah dari biasanya. Namun, sebagian besar wilayah lain tak terdampak. Bahkan diperkirakan ada pula daerah yang mengalami hujan di atas normal pada 2018, utamanya di daerah pegunungan, seperti kawasan Gunung Slamet.

"Pengaruh El Nino diperkirakan akan berakhir pada Januari," Rendy menerangkan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya