Teror 3 Sungai Kala Kebumen Dilanda Cuaca Ekstrem

Sungai-sungai ini rawan menyebabkan banjir lantaran kerap meluap saat Kebumen dilanda cuaca ekstrem seperti hujan sangat lebat

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 08 Nov 2018, 20:03 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2018, 20:03 WIB
Ilustrasi - Petugas dan relawan BPBD mengevakuasi penduduk yang terendam banjir di Sidareja, Cilacap, Desember 2017 usai dipicu cuaca ekstrem. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Petugas dan relawan BPBD mengevakuasi penduduk yang terendam banjir di Sidareja, Cilacap, Desember 2017 usai dipicu cuaca ekstrem. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Kebumen - Bicara sungai di Kebumen, pasti akan teringat sungai nan legendaris, Luk Ulo, sungai yang kelokannya bak lekuk ular. Alirannya membelah Kebumen mulai dari Wonosobo hingga Samudera Hindia di selatan Jawa.

Namun, kaitannya dengan cuaca ekstrem, Sungai Luk Ulo boleh dikesampingkan. Sungai ini dianggap bersahabat lantaran riwayatnya yang amat jarang, kalau boleh dibilang tak pernah menyebabkan bencana.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen pun menganggap sungai ini bukan sungai yang berpotensi menyebabkan banjir. Ancaman banjir justru datang dari tiga sungai lainnya.

Tiga sungai tersebut yakni, Sungai Karanganyar di Pakuwon Adimulyo, Sungai Kedung Bener di sebelah timur kota Kebumen dan melintas di Kecamatan Buluspesantren serta Sungai Kemit yang juga membelah wilayah Kebumen.

Sungai-sungai ini rawan menyebabkan banjir lantaran kerap meluap saat Kebumen dilanda cuaca ekstrem, seperti hujan sangat lebat atau ekstrem. Tanggul tiga sungai ini juga rawan jebol.

"Kemit itu, juga rawan, meski pun yang terakhir tidak ada kejadian. Tetapi itu kan rawan juga karena tanggulnya sudah banyak yang kritis juga," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kebumen, kepada Liputan6.com.

Sebab itu, sebelum memasuki musim penghujan ini, BPBD bersama masyarakat memperkuat atau memperbaiki tanggul rawan jebol. Caranya yakni dengan memasang bronjong, talut, maupun penguatan tebing sungai dengan cara sederhana, cerucuk bambu yang diperkuat dengan karung berisi tanah.

Namun, tentu penanganan ini pun tak bisa dilakukan menyeluruh. Masih ada tanggul kritis yang muncul belakangan dan belum sempat diperbaki.

Karena itu, BPBD mengimbau agar warga mewaspadai kemungkinan banjir yang disebabkan meluapnya sungai saat dilanda cuaca ekstrem. Warga diminta untuk segera melaporkan jika ada tanggul kritis yang butuh penanganan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Cuaca Ekstrem Awal Penghujan

Ilustrasi – Banjir lebih dari sepekan melanda Sidareja Kabupaten Cilacap, 2017 lalu, dipicu cuaca ekstrem. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Banjir lebih dari sepekan melanda Sidareja Kabupaten Cilacap, 2017 lalu, dipicu cuaca ekstrem. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

BPBD juga mendirikan posko siaga di masing-masing kecamatan untuk memantau kemungkinan terjadinya bencana banjir, longsor maupun bencana lain yang dipicu cuaca ekstrem.

“Upaya mitigasi strukturalnya, kita, ada perbaikan-perbaikan, sama kita membuat posko,” Eko menerangkan.

Menurut Eko, banjir yang terjadi di Kebumen sebagian besar bersifat genangan. Namun, pengecualian terjadi pada tahun 2016 tatkala tiga kecamatan diterjang banjir bandang. Tiga kecamatan itu yakni, Sempor, Rowokele dan Ayah.

"Penyebabnya adalah meluapnya sungai dan tanggul yang jebol," ujarnya.

Total di Kebumen ada sebanyak 449 desa dan 11 kelurahan di 26 kecamatan. Dari jumlah itu, sebanyak 112 desa di 17 kecamatan teridentifikasi rawan banjir. Adapun desa rawan longsor berjumlah 117 desa di 12 kecamatan.

Khusus desa rawan longsor rata-rata berada di Kebumen sisi utara. Akan tetapi, ada pula kecamatan sisi selatan dan barat yang rawan longsor, utamanya kecamatan yang wilayahnya terdiri dari perbukitan. Di antaranya, Sempor, Rowokele dan Ayah.

Sementara, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan, cuaca ekstrem berpotensi terjadi antara 5-9 November 2018. Di masa ini berpotensi terjadi hujan lebat hingga hujan ekstrem yang dapat memicu bencana banjir dan longsor.

Selain itu, pada masa awal penghujan ini, berpotensi hujan lebat disertai angin kencang hingga angin Langkisau atau Puting Beliung. Karenanya, BMKG mengimbau agar warga di daerah rawan banjir dan longsor meningkatkan kewaspadaan saat terjadi hujan lebat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya