Bandung - Museum tidak hanya berfungsi sebagai tempat pajangan semata, tapi juga untuk edukasi. Mulai dari kegiatan diskusi, pameran, sampai perhelatan akbar untuk meramaikan Museum Kota Bandung.
Kepala Museum Kota Bandung, Hermawan Rianto, mengatakan museum ini telah aktif menggelar beberapa acara dalam beberapa bulan terakhir sejak diresmikan.
Baca Juga
"Kita pernah mengadakan Panon Hideung Museum Market pada tanggal tiga sampai empat November kemarin," ujarnya kepada Ayobandung.com, Rabu (6/2/2019).
Advertisement
Panon Hideung menghadirkan pasar barang antik, talkshow pakar sejarah dan budayawan Kota Bandung, serta sejumlah seniman lainnya seperti Jimbot dan Risa Saraswati. Ada juga kontes foto dengan hadiah jutaan rupiah.
Selain itu, perhelatan ini menyuguhkan sejumlah penampilan dari Rumah Musik Harry Roesli, pertunjukan silat tradisional, lawang buku, hingga perpustakaan keliling Unpas. Panon Hideung menjadi acara yang meramaikan keberadaan museum ini.
Acara lainnya pada tanggal 16 Desember 2018 Museum Kota Bandung menggelar Instasunda Photo Exhibition
"Pameran itu merupakan kali ketiga dari pameran amal yang pernah diselenggarakan Instasunda," katanya.
Pada tahun 2018, Instasunda menghimpun foto yang terpilih selama 3 tahun mulai dari 2015. Karena kegiatannya sempat terhenti pada 2015, panitia pun menyuguhkan warna-warni foto terpilih dari khalayak.
Seribu foto dari 1000 pengguna Instagram terpilih akan melihat hasil fotonya di pameran tersebut. Foto-foto itu dilelang kemudian hasilnya didonasikan kepada rumah kanker anak di Kota Bandung.
Tahun 2019, Museum Kota Bandung lagi-lagi menghelat sebuah pameran dari Desain Komunikasi Visual Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB). Dengan tema Bandung dari Balik Lensa, pameran tugas photobook ini menghadirkan karya para mahasiswa.
"Acaranya dari tanggal 8 sampai 10 Februari," kata Hermawan.
Hari pertama, STTB akan membuka pameran dari seminar fotografi ini. Hari kedua, akan ada dialog dari Imam Budi Lensa Community, Ketua APFI Jabar Ari Angin, dan Siti Deshinta. Di hari terakhir, Wahyu Dian sebagai perpustakaan foto keliling bakal menemani pengunjung di perhelatan tersebut.
Baca berita menarik Ayobandung.com lain di sini.Â
Mengingat Memori Masa Dulu
Tak ada yang lebih indah dari mengingat memori meski pernah jatuh dalam kelam dan lantas bangkit kemudian hari. Begitulah Kota Bandung berdiri.
Kisahnya yang panjang akhirnya menuai kasih yang dicintai oleh segenap warga. Siapa yang rela membenci Kota Kembang ini? Udaranya yang sejuk, orang-orangnya yang kreatif dengan ratusan komunitas, serta destinasi kulinernya nomor wahid.
Sejarahnya tersimpan baik pada tembok besar nan megah di tengah kota, di Museum Kota Bandung. Museum yang baru saja diresmikan pada 31 Oktober 2018 ini menjadi wajah dari banyaknya perubahan yang terjadi. Mulai dari wajah-wajah para wali kota, bagaimana Kota Bandung dibangun, dan catatan dari tanggal-tanggal penting yang terjadi di kota ini.
Di langit-langit museum, terdapat hiasan kertas warna-warni menggantung. Tidak terlalu jelas apa isinya, tetapi berhasil membuat museum terlihat lebih ramai. Gambar wajah Soekarno, Moh Hatta, Dewi Sartika, dan pahlawan-pahlawan lainnya juga terpampang di dinding besar museum.
Ruangan pertama museum membeberkan sejarah wali kota dan berdirinya Kota Bandung. Sedangkan di ruangan kedua terdapat tahun-tahun penting yang mengingatkan masyarakat akan kota ini, seperti sejarah didirikannya Gedung Pakuan, dikeluarkannya undang-undang agraria, dan dibukanya usaha penginapan oleh Adolf dan Maria Homann. Semua dihimpun secara jelas di ruangan ini.
Advertisement
Kuliner di Museum yang Asyik
Kedai kopi salah satu kuliner di Kota Bandung telah semakin menjamur. Museum Kota Bandung ternyata tak ingin ketinggalan untuk merayakan nikmatnya ngopi dari biji kopi khas Jawa Barat, dengan mempersembahkan Kopi Museum.
Kopi Museum berlokasi tepat di depan Bandung Planning Gallery. Kedai ini dibuka bersamaan dengan peresmian Museum Kota Bandung pada 31 Oktober 2018.
Meski tak terlalu luas, Kopi Museum memiliki interior kayu autentik dan pigura bergambar foto hitam putih dari beberapa gedung di Kota Bandung. Pengunjung bisa memilih kursi tinggi dekat dengan barista, kursi empuk di dalam kafe, kursi bundar dengan meja persegi panjang di sebelah kanan kafe, atau kursi dengan payung kayu di depan halaman kafe.
Kopi-kopi yang disajikan berasal dari biji kopi di berbagai macam daerah. Namun, Kopi Museum mengutamakan biji khas Jawa Barat. Kafe ini menawarkan kopi dengan seduhan manual hingga kopi dengan dasar espresso.
Bagi pencinta latte, cappucino, atau creme brule, Kopi Museum pastinya tak alpa dengan menu tersebut. Mulai dari minuman panas hingga minuman dingin, sang barista bisa menyajikannya di meja bar dari kayu.