Doa dan Perjuangan untuk Arumi, Bayi dengan Kelainan Dinding Perut

Gastrochisis atau kelainan dinding perut ini menyebabkan sebagian usus bayi di sisi pusar keluar.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 11 Mar 2019, 05:05 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2019, 05:05 WIB
Bayi Arumi Adiba Nasha Razeta terlahir dengan kelainan dinding perut atau Gastrochisis. (Foto: Liputan6.com/Dok. Keluarga/Muhamad Ridlo)
Bayi Arumi Adiba Nasha Razeta terlahir dengan kelainan dinding perut atau Gastrochisis. (Foto: Liputan6.com/Dok. Keluarga/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Suara parau Asif Ghozali (43) di seberang telepon menjadi penanda betapa hatinya gundah luar biasa. Ia baru tiba di RS Sardjito, Yogyakarta, bersama dengan bayi perempuannya yang mengalami kelainan dinding perut atau Gastrochisis.

Kelainan dinding perut ini menyebabkan sebagian usus bayi di sisi pusar keluar. Pedih rasanya mendengar bayi yang baru berumur sembilan hari itu mesti menanggung cobaan tak terperi.

Namanya, Arumi Adiba Nasha Razeta. Nama yang indah adalah lantunan doa-doa kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya. Arumi beruntung dilahirkan di tengah keluarga yang begitu menyayanginya.

"Baru sampai tadi di Sardjito," ucap Asif, Sabtu malam, 9 Maret 2019.

Bayi mengalami kelainan dinding perut ini lahir saat kandungan sang ibu, Suryati melalui operasi sesar di RSI Wonosobo, 1 Maret 2019 lalu, sekitar pukul 22.00 WIB. Arumi dilahirkan prematur, dalam usia kandungan kurang dari delapan bulan.

Tentu, Asif dan Suryati tak menyangka anak keduanya ini terlahir dengan kelainan dinding perut. Tetapi, keduanya adalah orang yang tabah. Mereka berdua berupaya memberi yang terbaik untuk anak perempuannya.

Namun, mereka bukan keluarga berada yang mampu memilih pengobatan terbaik untuk putrinya. Biaya menjadi pangkal soal.

Ayah sang jabang bayi, Asif Ghozali (43) hanya petani penggarap di Dusun Simbar RT 01 / RW 05, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Adapun ibunya, Suryati hanya ibu rumah tangga biasa.

Biaya Operasi Rp 120 Juta

Bayi Arumi Adiba Nasha Razeta terlahir dengan kelainan dinding perut atau Gastrochisis. (Foto: Liputan6.com/Dok. Keluarga/Muhamad Ridlo)
Bayi Arumi Adiba Nasha Razeta terlahir dengan kelainan dinding perut atau Gastrochisis. (Foto: Liputan6.com/Dok. Keluarga/Muhamad Ridlo)

Asif bercerita, usai dilahirkan di RSI Wonosobo, Arumi dipindah atau dirujuk ke RSUD Temanggung. Ketersediaan fasilitas dan dokter yang lebih lengkap menjadi alasan pemindahan ini. Harapannya, perawatan Arumi lebih maksimal.

"Dinding perutnya tipis," dia menuturkan.

Tetapi, di RSUD Temanggung, peralatan dan ketersediaan dokter spesialisnya pun tak cukup mumpuni untuk melakukan operasi berisiko tinggi. Pilihannya, bayi ini dirujuk ke RS Sardjito, Yogyakarta.

Ragu sempat bergelayut di benak Asif. Dia sadar, biaya untuk operasi bayi mengalami kelainan dinding perut di luar kemampuannya.

Biaya operasi itu mencapai Rp 120 juta. Sebuah nominal yang tak mungkin ditanggung oleh Asif sekeluarga. Bahkan, jika biaya itu ditanggung oleh seluruh keluarga sekalipun.

Sama dengan Asif yang pertani, sebagian besar keluarganya juga berprofesi sebagai petani. Keluarga Asif Asif juga bukan pemegang BPJS Kesehatan.

Kisah pedih bayi dilahirkan dengan kelainan dinding perut ini sampai juga ke telinga Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono. Pemda Kabupaten Banjarnegara segera tanggap.

Respon Cepat Bupati Banjarnegara

Pemkab Banjarnegara menanggung biaya operasi Bayi Arumi Adiba Nasha Razeta yang terlahir dengan kelainan dinding perut atau Gastrochisis. (Foto: Liputan6.com/Dok. Keluarga/Muhamad Ridlo)
Pemkab Banjarnegara menanggung biaya operasi Bayi Arumi Adiba Nasha Razeta yang terlahir dengan kelainan dinding perut atau Gastrochisis. (Foto: Liputan6.com/Dok. Keluarga/Muhamad Ridlo)

Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara, Siti Haryati menyatakan kesanggupan menanggung seluruh biaya operasi. Akhirnya, pada Sabtu (9/3/2019) Arumi dirujuk ke Rumah Sakit DR Sardjito, Yogyakarta.

Memang, Asif sudah tak lagi kalut memikirkan biaya operasi yang teramat besar itu. Namun, bukan berarti seluruh persoalan selesai.

Sebab, Pemda hanya menanggung biaya operasi. Sedangkan biaya paskaoperasi belum dibicarakan secara detail. Keluarga risau mesti menanggung biaya hingga bayi ini sembuh.

"Biaya perawatan setelah operasinya. Karena kan nanti ada juga biaya perawatan," kata adik kandung Asif Ghozali yang juga bibi Arumi, Asmaul Husna (27).

Husna mengungkapkan, Asif hanya lah seorang petani penyewa lahan. Ia tak memiliki lahan sendiri. Bahkan, terkadang kakak lelakinya ini memburuh untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Pendapatan Asif pun tak menentu. Terkadang, hasil panen bagus tetapi harga anjlok. Kadang kala, serangan hama dan penyakit membuat panen tak optimal. "Ya seperti itu. Tidak pasti," ucapnya.

Keluarga juga masih harus menanggung biaya bagi penunggu bayi saat dirawat di RS Sardjito. Mestinya, tak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk bolak-balik Banjarnegara Wonosobo dan untuk mencukupi kebutuhannya selama menunggu pasien.

"Kami 10 anggota keluarga yang menanggung sebisanya," ucapnya.

Tentu masih dibutuhkan biaya pengobatan dan perawatan Arumi hingga sembuh. Keluarga berharap kepada masyarakat baik perorangan maupun kelembagaan bersedia membantu pemulihan Arumi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya