Listrik Sering Ngadat, Siswa SMA Membuat Pembangkit Listrik Sendiri

Karena pemadaman listrik PLN sangat mengganggu, siswa SMA Negeri 1 Mijen Demak menciptakan pembangkit listrik tenaga angin yang dipadu dengan pembangkit listrik tenaga surya. Ini langkah awal kemandirian energi di sekolah itu.

oleh Felek Wahyu diperbarui 30 Mar 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2019, 07:00 WIB
pltbs
Penampakan menara pembangkit listrik tenaga angin - surya buatan siswa SMA Negeri 1 Mijen, Kabupaten Demak. (foto: liputan6.com/istimewa/felek wahyu)

Liputan6.com, Demak - Siswa SMA Negeri 1 Mijen Kabupaten Demak, Jawa Tengah merancang sebuah pembangkit listrik bertenaga angin yang dipadu dengan pembangkit listrik tenaga surya. Ini dilakukan karena suplai listrik dari PLN sering mengalami gangguan. Mereka menyebut ciptaannya PLTB/S.

Tak hanya itu, pembangkit listrik itu juga dibuat saling mendukung dengan pembangkit listrik tenaga surya. Menara penyatuan dua pembangkit listrik itu didirikan di tengah halaman sekolah.

Menurut Sairul Alam, salah satu dari empat siswa pembuatnya, pembangkit listrik tenaga angin dan surya itu mampu memproduksi daya hingga 1200 watt. Dari total produksi itu, baru 800 watt yang dimanfaatkan sekolah.

"Kami dibimbing bapak Al Wahyudi Santosa, guru Fisika. Bersama teman-teman masing-masing Muhammad Irfanul Abidin (keduanya siswa kelas XII IPA 2), Savira Galuh Kumala Sari dan Tyas Semi Sari (keduanya siswi XII IPA 1)," kata Sairul.

Ide membuat sendiri pembangkit listrik tenaga angin dan surya itu karena ketika aliran listrik PLN padam, semua terganggu. Mulai suplai air di toilet yang minim karena tak berfungsinya pompa air, hingga laboratorium komputer yang otomatis tak berfungsi.

"Bahkan pelaporan sistem kehadiran guru dengan finger print online ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng juga terganggu," kata Sairul.

Kepala SMA Negeri 1 Mijen NA Sobri didaulat untuk meresmikan pembangkit tersebut. Disampaikan bahwa sekolah mendukung total kreatifitas siswa, sehingga pembangkit listrik itu bisa berdiri dengan anggaran Rp 30 juta.

Sempat berkunjung ke salah satu SMK di Blora sebagai referensi, Tim Adiwiyata Bidang Pemanfaatan Energi Ramah Lingkungan SMA Negeri 1 Mijen itu pun segera melakukan eksperimen. Bongkar pasang rakitan PLTB/S tak hanya sekali dua kali, namun sampai puluhan kali.

Sampai akhirnya rakitan PLTB/S tersusuan mendekati sempurna, berupa tiang penyangga setinggi 7,5 meter dari bahan besi L dilengkapi baling-baling setinggi 165 cm modifikasi dari besi kotak hollow dan seng galvalum. Serta dua lempengan penangkap energi surya.

"Karena ini PLTB/S praktis penggeraknya adalah angin dan sinar matahari. Bahkan pada saat kecepatan angin mendekati nol tetap bisa produksi," kata Sairul Alam.

Kepala SMA Negeri 1 Mijen NA Sobri mengaku bangga atas pencapaian anak didiknya. Dalam waktu dekat, pihak sekolah berniat mendaftarkan hak cipta atau paten PLTB/S tersebut.

"Alhamdulillah meski sederhana, PLTB/S karya inovasi anak-anak didik kami mampu membantu pemerintah dalam mengurangi penggunaan energi bersumber geofosil. Semoga bisa menjadi teladan siswa-siswi di SMA Negeri 1 Mijen khususnya dan SMA-SMA lain di Kabupaten Demak dan Jateng pada umumnya," kata Sobri.

Simak video pilihan berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya