Ritual Dabba Ae di Sabu Raijua, Saat Sabung Ayam Jadi Wujud Perdamaian

Ritual ini merupakan ritual yang muncul ketika orang Raijua memahami bahwa kita tidak boleh berperang dan akhirnya di ganti dengan Piu Manu.

oleh Ola Keda diperbarui 20 Apr 2019, 09:01 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2019, 09:01 WIB
Warga Sabu Raijua sedang mempersiapkan diri mengikuti ritual Dabba Ae
Warga Sabu Raijua sedang mempersiapkan diri mengikuti ritual Dabba Ae (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Masyarakat Pulau Raijua, Kecamatan Raijua, Kabupaten Sabu Raijua, NTT, merayakan pesta adat Dabba Ae pada Jumat 19 April 2019.

Ritual Adat Dabba Ae Raijua memiliki sejarah tersendiri bagi orang Raijua, yaitu ritual perdamaian. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, di zaman dahulu di pulau Raijua sering terjadi perang atau pertikaian hingga jatuhnya korban jiwa.

Karena itu, seluruh Mone Ama (tua adat) bersepakat untuk melakukan musyawarah mufakat mencari solusi perdamaian. Disepakatilah bahwa perang manusia tersebut digantikan dengan sabung ayam adat atau Dabba Ae atau juga Piu Manu.

"Ritual ini merupakan ritual yang muncul ketika orang Raijua memahami bahwa kita tidak boleh berperang dan akhirnya di ganti dengan Piu Manu," tutur Pau Dea yang dinobatkan sebagai Deo Rai Pau Dea (Tuhan Dunia) kepada Liputan6.com, Jumat 19 April 2019.

Ia mengatakan, ritual itu merupakan acara adat sakral yang dilakukan setiap tahun sekali di wilayah adat Raijua berdasarkan kelender adat yang jatuh pada Warru Dabba atau dalam kelender masehi sekitar bulan April.

Ritual sabung ayam adat itu diikuti sekitar 38 kelompok adat atau Ada Manu yang pembentukannya dari kelompok Udu dan Kerogo yang ada di Pulau Raijua.

Ritual ini diawali dengan pemukulan gong dan tambur oleh kelompk adat Ada Manu dan dilanjutkan dengan tahapan ritual peharo atau pelepasan ayam pertama.

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Resolusi Konflik

Batu Wowadu Wopio
Batu Wowadu Wopio, batu ini berbentuk bulat besar yang diyakini punya kekuatan gaib yg bisa menjauhkan dari kesusahan hidup.(Liputan6.com/Ola Keda)

Salah satu peserta ritual dari Ada Manu Nadaibu, Melkianus Huke Lomi mengatakan, ritual Dabba Ae menjadi bukti bahwa persaudaraan dan kebersaman itu akan menciptakan perdamaian.

Ia berharap agar generasi-generasi yang akan datang tetap melestarikan budaya ini.

Terpisah, Jefrison Hariyanto Fernando sebagai salah satu pegiat budaya Sabu Raijua mengatakan, ritual Dabba Ae merupakan bentuk dari resolusi konflik yang telah dilakukan oleh orang Sabu Raijua pada ribuan tahun silam.

Berbicara tentang HAM, maka sejak ribuan tahun lalu, orang Sabu Raijua sudah punya rasa peduli dan menjunjung tinggi terhadap HAM khususnya hak hidup seseorang.

"Ini harus tetap dijaga dan dilestarikan. Karena ini kebanggaan orang Sabu Raijua, yang mana orang Sabu Raijua sudah memahami HAM walaupun nenek moyang kita waktu itu belum sekolah," katanya.

"Ritual ini menjadi awal orang Sabu Raijua mendeklarasikan dirinya sebagai salah satu suku di dunia yang peduli terhadap hak hidup sesamanya dan peduli perdamaian” pungkasnya. (Ola Keda)

Batu Wowadu Wopio, batu ini berbentuk bulat besar yang diyakini punya kekuatan gaib yg bisa menjauhkan dari kesusahan hidup. Batu ini dipercayai sebagai batu yang akan membawa keberuntungan bagi siapapun.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya