Liputan6.com, Palembang - Meraih karir yang cemerlang di perusahaan ternama di Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), awalnya menjadi cita-cita yang terwujud di hidup Founder and CEO I Go Green Hendri Wahyu Kurniawan. Bekerja di perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, ternyata tidak membuat pria berusia 31 tahun ini hidup nyaman.
Karir yang sudah dirintisnya selama 7 tahun, posisi jabatan yang menjanjikan, pendapatan yang besar akhirnya dilepasnya. Pemuda asal Lampung ini ini memilih membangun bisnis startup di Kota Palembang.
Berbeda dengan perintis bisnis startup lainnya yang berkecimpung di bidang jasa transportasi, kesehatan dan lainnya. Dia lebih tertarik membangun bisnis startup yang bersinggungan langsung tentang sampah.
Advertisement
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri) Indralaya Sumsel ini merasa ada panggilan jiwa untuk menekan volume sampah di Kota Palembang.
“Setiap keluar rumah di Jalan Bambang Utoyo Palembang, saya melihat banyak sekali sampah rumah tangga yang dibuang begitu saja di pinggir jalan. Kondisi ini juga terjadi di berbagai kawasan di Palembang,” katanya kepada Liputan6.com, Selasa (30/4/2019).
Hendri akhirnya memberanikan diri untuk melepas karirnya dan membangun bisnis startup ini, untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan.
Dia juga melihat profesi pemulung di Tempat Pemungutan Akhir (TPA), sangat tidak manusiawi. Para pemulung harus menggali tumpukan sampah hanya demi menyambung hidup. Terlebih di gununga sampah di TPA, para pemulung harus bertaruh nyawa saat tumpukan sampah longsor.
Anak bungsu dari lima bersaudara ini akhirnya menggandeng rekannya untuk membangun I Go Green. Aplikasi ini tidak hanya menjadi jawaban dari penumpukan sampah di Kota Palembang, namun sebagai solusi untuk menambah pendapatan masyarakat dari sampah.
“Bulan September 2018 lalu, aplikasi I Go Green kami diluncurkan. Melalui aplikasi ini, masyarakat bisa turut serta dalam pengurangan volume sampah, terutama botol plastik dan kertas yang lama terurai di tanah,” ujarnya.
Dari bisnis startup ini juga, dia ingin merangkul masyarakat kurang mampu, termasuk para pemulung, agar bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan manusiawi. Meskipun tetap bergulat dengan pengolahan sampah rumah tangga.
Modal Ratusan Juta
I Go Green saat ini sudah mempunyai gudang pengepul sampah dan bisa merangkul masyarakat lokal untuk bekerjasama. Aplikasi ini juga berusaha merangkul warga yang menggerakkan Bank Sampah.
“Masyarakat bisa menyetor sampah yang sudah dipilah ke Bank Sampah rekanan kita. Kerjasama ini juga bisa menurunkan angka pengangguran di Kota Palembang,” katanya.
Untuk merealisasikan bisnis startup ini, Hendri harus merogok uang pribadinya hingga ratusan juga. Dia sadar bahwa aplikasi I Go Green ini tidak akan meraih keuntungan dalam waktu satu tahun terakhir.
Namun dia optimistis, I Go Green secara bertahap dapat menjadi solusi pembuangan sampah bagi masyarakat dan akan semakin diminati. Dalam waktu satu tahun, dia yakin bisnis startup ini akan berkembang pesat, dengan income yang menjanjikan.
“Modal ratusan juta rupiah, memang itu harga yang harus kita bayar utk solusi. Keluarga pun awalnya protes, karena melepas pekerjaan tetap untuk proyek ini. Tapi saya yakin, ini akan menjadi solusi permasalahan masyarakat untuk kedepannya,” ujarnya.
Dalam satu bulan, mereka bisa mengumpulkan 12 Ton sampah, seperti sampah plastik, keras, kaleng aluminium. Banyak juga perusahaan, hotel, restoran, sekolah dan pelaku bisnis di Palembang, yang memanfaatkan aplikasi ini, dalam penanganan pengolahan sampah.
Aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 1.000 kali dan digunakan sekitar 70-an users. Mereka juga menyediakan layanan jemput sampah ke lokasi konsumennya.
I Go Green juga menggerakkan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan pengelolaan sampah yang benar. Bersama para timnya, Hendri turun ke sekolah dan perusahaan, untuk menyebarluaskan edukasi ini.
Advertisement
Prestasi I Go Green
“Saya punya passion di bidang lingkungan, apalagi sampai sekarang tidak ada solusinya. Mengeluh dan mengkritik pemerintah juga bukan jadi solusinya. Makanya saya sedikit nekat menghadirkan aplikasi berbasis hi technology ini,” katanya.
Alasan lainnya tertarik membangun aplikasi berbasis hi technology ini, karena dia tidak ingin nasib anak bangsa seperti dirinya saat dulu.
Waktu dia tinggal bersama orangtuanya di Sidoharjo, Lampung. Dia tidak pernah sama sekali bersentuhan dengan alat elektronik canggih, terutama komputer.
“Baru tahu komputer bahkan bagaimana memencet tombolnya saja saat duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA), itu juga di Palembang. Karena itu saya haus akan ilmu dan berbau teknologi,”katanya.
Pengalaman ini juga terus membuatnya semakin ingin maju. Sebelum merealisasikan I Go Green, Hendri berkesempatan mengikuti ajang kompetisi startup di tahun 2017. Dengan membawa program sosial tentang sampah, I Go Green akhirnya terpilih menjadi aplikasi terbaik dari berbagai kontestan lainnya.
Dia juga berkesempatan menggali ilmu dari pencetus startup unicorn Go-Jek Alamanda Shantika Santoso. Kesempatan langsung terbuka lebar bagi Hendri untuk merealisasikan mimpi-mimpinya.
Prestasi lainnya yaitu I Go Green dipercaya mewakili Indonesia dalam workshop The Global Engagement Summit (GES) di Chicago Amerika Serikat. Saat ini Co-Founder I Go Green yang sedang mengikuti pelatihan di sana.