Cerita Kelam di Balik Tradisi Ketuk Sahur Warga Gorontalo

Kegiatan ketuk sahur ini diharapkan bisa memberikan efek positif bagi masyarakat Kota Gorontalo saat datangnya bulan suci Ramadan.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 07 Mei 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2019, 14:00 WIB
Koko'o, Tradisi Bangunkan Sahur di Gorontalo
Kota Gorontalo kembali mengelar tradisi unik dalam membangunkan sahur yakni Koko'o. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Ternyata kemeriahan ketuk sahur atau Koko'o, yang saat Ramadan ini banyak dilakukan warga Provinsi Gontalo, mempunyai cerita kelam. Tradisi yang digelar saat bulan suci Ramadan itu tercipta awalnya dari sebuah perselisihan antara dua kampung.

Di balik kemeriahan ketuk sahur tersimpan cerita kelam di mana warga Kelurahan Talumolo dan Kampung Bugis kerap terlibat tawuran saat malam bulan suci Ramadan.

Namun seiring berjalannya waktu, hubungan antara dua kampung itu membaik. Kemudian dirayakan secara bersama-sama dengan kegiatan ketuk sahur yang diberi nama Koko'o.

Hal ini diungkapkan oleh Aan Karim. Awal mula kegiatan ini merupakan buah dari persahabatan antara dua kampung yang tadinya sering terlibat tawuran pada zaman dulu saat bulan suci tiba.

"Namun entah kenapa konflik yang berkepenjangan itu tiba-tiba menjadi sebuah kegiatan besar selama ramadan dan sudah menjadi agenda tahuan yang bukan hanya diikuti oleh dua kampung itu akan tetapi ratusan orang ikut kegiatan ini," kata Aan.

Ketuk sahur merupakan acara tahunan yang digelar selama 30 hari di bulan Ramadan. Namun, pada awal dan akhir Ramadan biasanya diselenggarakan lebih meriah.

 

Aan berharap, kegiatan ini bisa memberikan efek positif bagi masyarakat Kota Gorontalo saat datangnya bulan suci Ramadan. "Minimal kebersamaan kita pada kegiatan ketuk sahur ini bisa menjalin silaturahmi sesama muslim Kota Gorontalo," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya