Liputan6.com, Pekanbaru- Pemerintah Kota Pekanbaru memutuskan untuk meniadakan car free day di seputaran Jalan Jenderal Sudirman. Hal ini dilakukan karena kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan masih betah menyelimuti sejumlah wilayah.
Pihak terkait belum bisa memastikan sampai kapan hari tanpa kendaraan bermotor ini ditiadakan. Dengan peniadaan ini, berarti sudah dua pekan kegiatan serupa tidak dilaksanakan di Pekanbaru karena kabut asap.
Advertisement
Baca Juga
Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Pekanbaru Ajun Komisaris Emil Eka Putra SIK menyebut pihaknya sudah disurati dinas perhubungan terkait peniadaan car free day ini. Hal ini lalu disebarkan ke sejumlah personel yang biasanya berjaga di area car free day.
"Alasannya karena mengingat kabut asap masih banyak, makanya ditiadakan sementara," sebut Emil kepada Liputan6.com, Sabtu, 24 Agustus 2019.
Surat serupa, sambung Emil, juga didapatkan pekan lalu. Alasannya masih sama yaitu karena jarak pandang dan kualitas udara di Pekanbaru tidak baik bagi kesehatan karena kabut asap.
"Ini mengingat masalah kesehatan, bisa jadi pekan berikutnya ditiadakan juga kalau masih ada kabut asap," ucap Emil.
Sebagai informasi, kabut asap sudah satu bulan lebih menyelimuti Pekanbaru dan beberapa wilayah di Riau, seperti Pelalawan dan Kota Dumai. Kabut asap biasanya menghilang menjelang petang atau jika terjadi hujan.
Namun kondisi ini tidak berlangsung lama. Pada malam hari, kabut asap kembali datang karena kebakaran lahan di sejumlah wilayah Riau. Hal ini juga dipengaruhi arah angin yang bergerak ke Pekanbaru.
Kondisi ini mengundang beragam komentar dari warga. Bahkan ada warga "bersyukur" karena kabut asap yang dinilainya masih belum berefek bagi kehiupannya.
"Kami warga masyarakat Riau patut bersyukur, sudah satu bulan lebih udara kami tidak sehat karena kabut asap tapi kami masih hidup. Alhamdulillah," sindir warga bernama Joni terkait kabut asap ini.
Pecahkan Rekor
Kebakaran lahan di Riau cenderung fluktuatif. Terkadang titik panas sebagai indikasi kebakaran lahan hanya belasan, kadang puluhan dan bahkan mencapai ratusan per harinya.
Khusus untuk Sabtu, 24 Agustus 2019, titik panas meningkat tajam karena mencapai 272 titik panas. Berdasarkan catatan Liputan6.com tahun ini, angka itu bisa dibilang memecahkan rekor titik panas selama tiga bulan belakangan.
Tak hanya di Riau, daerah lainnya di Pulau Sumatera juga terjadi peningkatan titik panas. Pada Sabtu pagi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Pekanbaru, mendeteksi 548 titik panas.
"Itu termasuk Riau, dan Riau paling banyak dari provinsi lainnya," sebut Forcaster on Duty BMKG, Dewi Gita Siregar.
Dewi menjelaskan, titik panas dengan level kepercayaan di atas 50 persen ada di Sumatra Barat 11 titik, Jambi 128 titik, Bangka Belitung 41 titik, Bengkulu 4 titik, Lampung 18 titik dan Kepulauan Riau 11.
Sementara 272 titik panas di Riau, terang Dewi, terdeteksi di Kabupaten Bengkalis 35 titik, Kepulauan Meranti 9 titik, Kampar 1 titik, Kuantan Singingi 2 titik, Pelalawan 102 titik, Rokan Hilir 7 titik, Siak 9 titik, Indragiri Hilir 90 titik dan Indragiri Hulu 17 titik.
Dari 272 titik panas itu, 192 di antaranya merupakan titik panas atau telah terjadi kebakaran lahan dengan level kepercayaan di atas 70 persen. Titik api itu tersebar di sembilan kabupaten di Riau.
"Di Bengkalis ada 29 titik, Rokan Hilir 2 titik, Kepulauan Meranti 7 titik, Siak 8 titik, Kampar 1 titik, Indragiri Hilir 60 titik, Kuantan Singingi 1 titik, Indragiri Hilir 60 titik, Indragiri Hulu 8 titik dan Pelalawan 76 titik," jelas Dewi.
Untuk curah hujan sendiri, Dewi memprakirakan masih ada terjadi di beberapa kabupaten di Riau dengan intensitas ringan serta tidak merata. Hujan diprakirakan terjadi pada tengah malam hingga dini hari.
Simak video pilihan berikut
Advertisement