VCT RSUD Cilacap: 97 Persen Calon Pengantin Pernah Berhubungan Intim

Dari 400 calon pengantin itu, nyaris semuanya pernah berhubungan intim di luar nikah, baik dengan pasangan yang akan dinikahinya maupun dengan orang lain.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 05 Sep 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2019, 00:00 WIB
Ilustrasi - Pasangan pengantin. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Pasangan pengantin. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Perilaku seks bebas diyakini berkorelasi positif dengan penyebaran atau penularan HIV-AIDS. Di Cilacap misalnya, salah satu kelompok penderita HIV-AIDS tertinggi adalah ibu rumah tangga.

Diduga kuat, para suami menularkan kepada istrinya yang sebagian besarnya tak tahu-menahu aktivitas sang suami di luar. Pada 2019 ini, temuan kasus baru HIV-AIDS ada di kelompok homoseksual atau laki suka laki (LSL). Angkanya mencapai 40 persen.

Seks bebas membuat kelompok berisiko atau rentan tertular HIV-AIDS semakin luas. Beberapa tahun lampau, kelompok rentan terbatas pada PSK, pekerja hiburan malam, atau penyuka sesama jenis yang kerap berganti pasangan.

Namun, kini kelompok berisiko tak terbatas di kelompok-kelompok tersebut. Pekerja kantoran, hingga remaja usia sekolah, dan mahasiswa pun rawan tertular penyakit yang belum ditemukan obatnya ini lantaran praktik seks bebas.

Manajer Voluntary Counseling Test (VCT) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap, Rubino Sriaji mengatakan sebanyak 59 calon pengantin terdeteksi positif HIV-AIDS. Ini merupakan angka akumulasi sejak 2016, atau ketika calon pengantin mulai diwajibkan menjalani konseling dan periksa HIV-AIDS.

Angka ini sebenarnya tak mengejutkan. Sebabnya, menilik kecenderungan seks bebas yang semakin marak di Cilacap. Lagi-lagi, seks bebas berkorelasi dengan tingginya penularan HIV-AIDS.

Data mengejutkan diperoleh dari VCT RSUD Cilacap. Diperoleh fakta, sebanyak 97 persen pasangan calon pengantin pernah berhubungan intim di luar pernikahan.

28 Pelajar Tertular HIV-Aids

Remaja dan pelajar menjadi salah satu kelompok rentan penularan HIV-AIDS karena perilaku seks bebas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Remaja dan pelajar menjadi salah satu kelompok rentan penularan HIV-AIDS karena perilaku seks bebas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Rubino menjelaskan, sejak 2016, sebanyak 400 pasangan calon pengantin menjalani konseling di VCT RSUD. Dari 400 calon pengantin itu, nyaris semuanya pernah berhubungan intim di luar nikah, baik dengan pasangan yang akan dinikahinya maupun dengan orang lain.

"Dari ribuan calon pengantin, kebanyakan memeriksakan diri di VCT Puskesmas. Kita menangani sekitar 400 calon. Dari 400 itu, 97 persennya ternyata sudah pernah berhubungan intim," katanya.

Menurut Rubino, persentase hubungan seks di luar nikah yang begitu tinggi menunjukkan bahwa pergaulan bebas sudah mewabah. Bahkan, ada kasus, seorang calon pengantin berhubungan intim dengan orang lain, ketika ia tengah mengurus pernikahan.

"Konseling itu kan mendalam. Ini dia bukan dengan pasangannya, tapi dengan orang lain," dia mengungkapkan.

Meski begitu, dia menyatakan bahwa data yang diperoleh di VCT RSUD Cilacap ini tak lantas menjadi data keseluruhan Cilacap. Namun, fakta bahwa seks bebas sudah mewabah di kelompok tertentu tak lagi bisa dibantah.

Menurut dia, yang mesti diperhatikan adalah perilaku hidup dan budaya masyarakat, terutama di kalangan muda usia. Pasalnya, kondisinya sudah cukup mencemaskan.

Fakta lain adalah bahwa dua persen penderita HIV-AIDS Cilacap merupakan pelajar atau mahasiswa. Itu berarti, dari 1.444 orang dengan HIV-AIDS (ODHA) Cilacap, sedikitnya 28 orang di antaranya adalah pelajar atau mahasiswa.

Infrastruktur Pendukung Penanggulangan HIV-AIDS

Ribuan karyawan perusahaan swasta di Purbalingga menjalani tes HIV-Aids. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Ribuan karyawan perusahaan swasta di Purbalingga menjalani tes HIV-Aids. (Foto: Liputan6.com/Dinkominfo PBG/Muhamad Ridlo)

"Bisa lebih dari itu. Karena, ada juga data yang di Puskesmas yang belum diinput ke RSUD, tapi orangnya sudah keburu bekerja ke luar negeri," dia mengungkapkan.

Selain kelompok berisiko tinggi, seperti PSK atau pekerja di tempat hiburan, persebaran penyakit HIV yang mencemaskan justru terjadi di kelompok ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga, menempati peringkat pertama jumlah kasus HIV sejak 2016.

"Memang, ibu rumah tangga ada yang bukan ibu rumah tangga murni. Kadang ada yang bekerja di tempat hiburan malam, tapi tercatatnya sebagai ibu rumah tangga. Tapi kebanyakan tertular oleh suaminya," ucap Rubino.

Selain itu, kelompok rentan lainnya adalah buruh migran atau Pekerja Migran Indonesia. Kasus HIV di kelompok buruh migran juga cukup tinggi.

"Langkah yang kami lakukan adalah edukasi penanggulangan HIV di kelompok rentan. Mereka akan mendapat penanganan medis, pengobatan," dia menerangkan.

Penanggulangan HIV-AIDS pun terus dilakukan dengan edukasi dan membangun infrastruktur pendukung. Cilacap memiliki 47 VCT yang tersebar di 38 puskesmas dan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta.

"Masyarakat bisa memeriksakan diri di fasilitas VCT terdekat. Semua puskesmas sudah ada fasiltitas VCT," ujarnya.

Data di Dinas Kesehatan Cilacap, pada 2018 jumlah kasus HIV 157, AIDS 60 orang. Sebanyak 10 ODHA meninggal dunia. Adapun pada 2019 ini, hingga Juli ditemukan sebanyak 159 kasus HIV, 15 AIDS. Lima penderita HIV-AIDS meninggal dunia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya