Peneliti Singapura Ungkap Fakta Mengejutkan soal Tsunami Aceh

Para pakar dari Earth Observatory of Singapore (EOS) mengambil sampel berupa lapisan tanah dan pasir yang ada di dalam gua di Aceh.

oleh Rino Abonita diperbarui 12 Jan 2024, 21:30 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2019, 14:00 WIB
Peneliti asal Singapura menemukan fakta terbaru mengenai sejarah tsunami di Aceh yang tersimpan di Gua Ek Leuntie (Liputan6.com/Ist)
Peneliti asal Singapura menemukan fakta terbaru mengenai sejarah tsunami di Aceh yang tersimpan di Gua Ek Leuntie (Liputan6.com/Ist)

Liputan6.com, Aceh Besar Peneliti asal Singapura menyingkap fakta terbaru yang tersimpan di dalam Gua Ek Leuntie, gua purba yang menyimpan khazanah sejarah tsunami di Aceh. Terungkap, bencana tsunami terjadi sebanyak 14 kali sejak ribuan tahun silam dengan rentetan waktu peristiwa yang bervariasi.

Para pakar dari Earth Observatory of Singapore (EOS) mengambil sampel berupa lapisan tanah dan pasir yang ada di dalam gua tersebut. Dari hasil uji laboratorium, diketahui endapan-endapan tersebut berasal dari kotoran kelelawar yang hidup dari masa ke masa.

"Kejadian-kejadian tsunami di Aceh ternyata terjadi berulang dengan periode perulangannya yang sangat beragam," jelas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Sunawardi, kepada Liputan6.com, Selasa (10/9/2019).

Tsunami yang oleh masyarakat Aceh disebut semong itu sudah terjadi sejak 7.000-an tahun silam. Tsunami telah menghancurkan 9 dari 10 komunitas yang ada di sepanjang pesisir pantai Aceh antara tahun 1394-1450 masehi.

'Ek Leuntie' sendiri dalam bahasa Indonesia berarti tahi kelelawar, merupakan gua batu kapur yang terletak di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, pinggiran Jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh, atau sekitar 50-an dari Kota Banda Aceh. Letaknya tak jauh dari jalan raya yang membelah pegunungan.

Karena menjadi sarang kelelawar, tak heran suara mamalia nokturnal, itu sangat terasa saat memasuki mulut gua. Puluhan meter ke dalam gua banyak ditemukan endapan bebatuan jenis gamping kedap air yang membentuk ornamen estetik.

Pemerintah Aceh berencana memugar dan menjadikan gua yang mulai disambangi para peneliti sejak 2007 itu sebagai kawasan geological park (geopark). Gua ini hendak dijadikan museum alam.

"BPBA concern dalam tahun ini sedang lakukan pembebasan lahan warga di sekitar Gua Ek Leuntie, sebagai salah satu upaya menjadikan kawasan itu sebagai geopark tsunami," kata dia.

Gua Ek Leuntie dinilai dapat menjadi pembelajaran bagi mitigasi bencana di Serambi Makkah. Sebagai bencana yang berpotensi terulang, masyarakat Aceh dinilai perlu mendapatkan pengetahuan lebih mengenai tsunami.

"Provinsi Aceh memiliki sebelas bencana nasional yang harus dapat perhatian dan penanganan khusus dari Pemerintah Aceh," katanya menambahkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya