Liputan6.com, Garut - Kemarau panjang yang terjadi beberapa bulan terakhir, menyebabkan 2.760 hektare lahan pertanian di kabupaten Garut, Jawa Barat mengalami kekeringan.
Jumlah itu diprediksi bertambah seiring masih banyaknya lahan terdampak kekeringan tersebut. "Kekeringan ini sudah darurat," ujar Bupati Garut Rudy Gunawan, Rabu (11/9/2019).
Menurut Rudy, kemarau panjang yang terjadi tahun ini menyebabkan sejumlah sumber mata air dan irigasi mengalami kekeringan. Akibatnya sejumlah lahan pertanian mengalami kekeringan hingga gagal panen.
Advertisement
Ribuan lahan pertanian khususnya di wilayah Garut utara dan selatan, selama ini menggantungkan harapan utamanya, pada pasokan air hujan.
Baca Juga
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga, menambahkan, selain 2.760 hektare lahan dalam kategori kering, ada sekitar 5.600 hektare lahan lain di wilayah utara dan selatan Garut, terancam kekeringan.
"Dari 2.600-an yang kering itu, 1.200 hektare tanaman padi puso, mutlak kering enggak ada sumber air," kata dia.
Akibatnya, sekitar 6.000 ton padi menjadi puso. Angka itu naik signifikan dibanding tahun lalu saat musim kemarau masih diselingi hujan. "Sekarang sangat besar (puso) karena kemarau panjang," kata dia.
Meskipun ancaman puso terbilang besar, tetapi produksi gabah padi di Garut tahun ini, ujar dia, diklaim masih surplus hingga 7.500 ton.
Untuk menghindari kerugian yang cukup besar, pihaknya, lanjut dia, menganjurkan petani untuk menanam tanaman palawija, meninggalkan padi yang selama ini menjadi garapan mereka.
"Cuma memang masih banyak yang tanam padi, mungkin pertimbangan dari hasilnya (lebih besar)," kata dia.
Simak video pilihan berikut ini: