Tokoh Aceh: Bahasa Indonesia Jadi Alat Pemersatu Aceh dan NKRI

Meski masyarakat Aceh punya banyak bahasa daerah, dalam berkomunikasi sehari-hari, mereka rela meninggalkan bahasa ibunya untuk menggunakan bahasa Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2019, 23:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2019, 23:00 WIB
20160908- Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin-Jakarta- Helmi Fithriansyah
Petugas menunjukkan salah satu naskah sastra tua di di PDS HB Jassin, Jakarta, Kamis (8/9). PDS HB Jassin merupakan tempat pendokumentasian arsip kesusastraan nasional Indonesia yang didirikan pada 28 Juni 1976. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Aceh - Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari merupakan pemersatu antara masyarakat Aceh dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal tersebut setidaknya diungkapkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Aceh (DPRA) Teuku Raja Keumangan.

"Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang benar-benar dapat mempersatukan masyarakat di Aceh dalam berkomunikasi, baik secara langsung atau pun tidak langsung," katanya seperti dikutip laman Antara, Senin (28/10/2019).

Ia menjelaskan, masyarakat Aceh memiliki banyak bahasa daerah, seperti bahasa Aceh, Gayo, Alas, Melayu, Minang, Aneuk Jamee, Simeulue serta aneka bahasa lainnya.

"Namun dalam bahasa sehari-hari, masyarakat di daerah ini menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa di dalam pergaulan dan kegiatan masyarakat," katanya.

Untuk itu, ia berharap kepada lembaga pemerintah, seperti Balai Bahasa, agar lebih intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Aceh agar bisa berbahasa Indonesia yang lebih baik, baku, sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD).

Politikus Partai Golongan Karya (Golkar) Provinsi Aceh ini juga mengaku setuju dengan Perpres Penggunaan Bahasa Indonesia yang digagas oleh Presiden Joko Widodo, yang mewajibkan seluruh pejabat negara, termasuk di daerah, agar menggunakan bahasa Indonesia dalam setiap kegiatan kenegaraan.

Mengingat selama ini, kata dia, bahasa Indonesia juga sudah dipelajari oleh warga asing yang bekerja di Indonesia, termasuk beberapa negara dunia internasional yang sudah mulai mengajarkan bahasa Indonesia di beberapa lembaga perguruan tinggi kepada mahasiswa.

"Jadi, masyarakat Aceh saya pikir tidak perlu malu atau sungkan berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu dan menjadi perekat persatuan dari Aceh sampai Papua," ungkapnya. 

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya