Menepis Bencana di Pegunungan Kendeng

Masa keemasan Pegunungan Kendeng sebagai sumber kehidupan terancam. Terkini, Pegunungan Kendeng bisa saja sewaktu-waktu memuntahkan bencana banjir bandang

oleh Ahmad Adirin diperbarui 17 Nov 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2019, 07:00 WIB
Kepala BNPB Doni Monardo meninjau sentra pembibitan Perhutani, Pati, yang akan ditanam di Pegunungan Kendeng. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Kepala BNPB Doni Monardo meninjau sentra pembibitan Perhutani, Pati, yang akan ditanam di Pegunungan Kendeng. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Pati - Tarik ulur penambangan kapur di Pegunungan Kendeng, Pati, Jawa Tengah terjadi hingga hari ini. Ini bukan soal semen. Kendeng adalah soal hajat hidup orang banyak.

Pegunungan kendeng berada di tiga Kecamatan meliputi Kayen, Sukolilo dan Tambakrowo. Sejak ratusan tahun lampau, pegunungan ini adalah sumber kehidupan bagi ribuan warga di sekitarnya.

Tetapi, masa keemasan Pegunungan Kendeng sebagai sumber kehidupan terancam. Terkini, Pegunungan Kendeng bisa saja sewaktu-waktu memuntahkan bencana banjir bandang. Beda musim, Kendeng tak lagi menyimpan cadangan air yang cukup untuk masyarakat.

"Bahwa untuk wilayah tertentu seringkali apabila musim hujan masyarakat mengistilahkan dalam bahasa jawa ‘Ora iso ndodok’ (tidak bisa jongkok) karena kebanjiran dan apabila musim kemarau ‘ora iso cewok’( tidak bisa cebok) karena tidak ada air," ucap Bupati Pati, Haryanto, Kamis (14/11/2019).

Dia yakin, bencana yang mengancam itu terkait dengan pegunungan yang semakin gundul dan kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya. Misalnya, penambangan liar.

Kondisi ini memicu pendangkalan sungai. Akibatnya, tatkala hujan lebat, Pegunungan Kendeng berpotensi bencana banjir bandang.

Pemerintah bukannya tinggal diam dengan kondisi ini. Reboisasi [Pegunungan Kendeng](3393397/ "") sudah pernah dilakukan. Namun, tak berhasil.

Simak video pilihan berikut ini:

Dana Rp100 Miliar dan Konservasi Pegunungan Kendeng

Kepala BNPB Doni Monardo tiba di Pati untuk kunjungan kerja di kawasan karst Pegunungan Kendeng. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Kepala BNPB Doni Monardo tiba di Pati untuk kunjungan kerja di kawasan karst Pegunungan Kendeng. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Haryanto bercerita sempat diundang oleh Presiden Jokowi dan mendapat bantuan untuk normalisasi sebesar Rp1 miliar. Bahkan, tahun 2020 esok, Pati mendapat dana Rp100 miliar.

Dia pun mengakui, pabrik semen di kawasan ini masih menuai ada pro dan kontra. Hingga kini, analisa mengenai dampak lingkungan (amdal) pun masih proses dan tak kunjung selesai.

"Dalam hal ini kita juga mencari solusi ke semua pihak dan bersama-sama mencari solusi yang terbaik,” ucapnya.

Jumat (15/11/2019), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo berkunjung ke Kawasan Karst Pegunungan Kendeng. Nampak pula Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, Deputi BPBD Jateng, Kepada Divisi Perhutani Provinsi Jawa Tengah, Kepala BPBD Jateng, dan para Staf Ahli Penelitian Lingkungan BNPB.

Dalam kesempata itu, Doni berdialog dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama perihal kawasan karst gunung kendeng.

"Terimakasih telah diberikan tempat di Kabupaten Pati. Kemarin kita bertemu dengan pak gubernur Jawa Tengah, dan kami bersama-sama menghadap kepala Divisi Perhutani pusat terkait kebencanaan di Kabupaten Pati di sekitar pegunungan Kendeng,” ucap Doni.

Dia bilang, Kabupaten Pati berada di wilayah yang sangat membahayakan karena banyak gunung berapi dan berada di lempang pasifik. Terlebih, di tempat ini terdapat patahan kendeng yang rusak di wilayah hulu.

Dia berharap peran serta masyarakat untuk menemukan solusi mengatasi bencana di Kabupaten Pati. Sebab, tanpa pelibatan masyarakat program lingkungan tak akan berhasil.

“Untuk mengembalikan fungsi hutan sangat sulit karena berurusan dengan perut, harus ada konsep kerjasama program apa yang ada di Perhutani dengan satu tujuan kawasan konservasi berfungsi kembali,” dia menerangkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya