Nasib Ekspor Kelapa Sumsel Usai Ditolak di Thailand

Sebanyak 25 kontainer yang diekspor ke Thailand, dikembalikan ke Indonesia, karena tumbuh tunas di kelapa yang diekspor.

oleh Nefri Inge diperbarui 19 Des 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 19 Des 2019, 09:00 WIB
Ekspor Kelapa Sumsel Masih Aman Meski Sempat Ditolak di Thailand
Ekspor kelapa Sumsel sempat ditolak di Thailand karena kondisi kelapa bertumbuh tunas (Dok. Humas Pemprov Sumsel / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Rencana ekspor komoditas kelapa asal Sumatera Selatan (Sumsel) ke Thailand ternyata tidak semulus ke negara lain. Komoditas tersebut ternyata ditolak di Negara Gajah Putih ini. Sebanyak 25 kontainer yang diekspor ke Thailand, dikembalikan ke Indonesia, karena tumbuh tunas di kelapa yang diekspor.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumsel Endang Tri Wahyuningsih membenarkan adanya penolakan ekspor kelapa Sumsel ke Thailand pada pertengahan November 2019 lalu.

Namun, dia meyakinkan bahwa, penolakan ekspor kelapa asal Sumsel ini, tidak berpengaruh besar pada catatan ekspor komoditas kelapa Sumsel. Ekspor kelapa asal Sumsel pada bulan November 2019 mencapai 3,23 persen.

Angka ini mengalami kenaikan US$ 0,72 juta, angka yang lebih besar dibandingkan ekspor pada bulan Oktober 2019 yang tercatat sebesar 2,51 persen.

"Untuk ekspor kelapa kita (ke Thailand) ternyata tidak berpengaruh. Karena ekspor kelapa masih naik di bulan November 2019 ini, trennya pun juga naik. Kalau kemarin ke Thailand ada sedikit masalah tentu menjadi PR bagi OPD terkait untuk memperbaiki," ucapnya, Selasa (17/12/2019).

Selain peningkatan ekspor kelapa, perkembangan ekspor komoditas Sumsel lainnya yang cukup menggembirakan adalah ekspor minyak kelapa sawit dan fraksinya.

Jika bulan Oktober 2019, ekspor minyak kelapa sawit sebesar 3,69 persen. Untuk bulan November 2019, ekspor mengalami kenaikan menjadi 13,61 persen atau senilai US$ 9,93 juta.

Secara keseluruhan, nilai ekspor Provinsi Sumsel bulan November 2019 sebesar US$ 326,30 juta. Terdiri dari ekspor migas sebesar US$ 24,48 juta dan US$ 301, 82 juta, yang merupakan hasil ekspor komoditas nonmigas.

"Total ekspor Sumsel pada November 2019 turun sebesar 8,12 persen dibandingkan ekspor Oktober 2019. Pemicu utamanya adalah perekonomian global, karena beberapa komoditi yang berpotensi seperti bubur kayu atau pulp kita turun. Kalau karet memang dari kemarin memang belum stabil," ucapnya.

 

Lima Komoditas Ekspor

Ekspor Kelapa Sumsel Masih Aman Meski Sempat Ditolak di Thailand
Salah satu lahan karet di Kabupaten Banyuasin Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Endang mengatakan untuk komoditas karet Sumsel didominasi masih bagus. Sehingga ini harus menjadi catatan untuk perbaikan kualitas ke depan. Mengingat penyuplai karet dunia bukan hanya Indonesia, tapi juga Thailand dan Malaysia.

Adapun lima komoditas ekspor dari Provinsi Sumsel yang terbesar pada bulan November 2019 adalah bubur kayu atau pulp senilai US$ 97,02 juta. Lalu, karet senilai US$ 83,86 juta, batu bara senilai US$ 74,04 juta.

Hasil minyak senilai US$ 24,48 Juta serta kelapa Sawit dan fraksinya senilai US$ 13,61 Juta. Untuk nilai impor Sumsel pada bulan November 2019, mengalami penurunan sebesar US$ 33,53 juta atau turun sebesar 19,88 persen. Ini menurun dibandingkan bulan Oktober 2019 sebesar US$ 41,84 Juta.

Sebagian besar impor ini berasal dari negara Tiongkok sebesar US$ 12,82 Juta, Malaysia sebesar US$ 4,59 Juta dan Swedia sebesar US$ 2,02 Juta.

"Total perdagangan luar negeri Sumsel bulan November 2019 ini, surplus kita sebesar US$ 292,77 juta. Ini sangat menggembirakan sekali. Tugas BPS Sumsel hanya 'memotret', tidak bisa memberikan rekomendasi. Tapi untuk referensi harus hilirisasi dan pelabuhan itu yang sangat dibutuhkan," ucapnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya