Jalan Sunyi Mengubah Toyareja Jadi Taman Eduwisata Andalan Purbalingga

Keresahan itu mendorongnya memulai bertindak. Yuni mengumpulkan para pemuda dan mengajak mereka merintis wisata edukasi barbasis lingkungan

oleh Rudal Afgani Dirgantara diperbarui 13 Jan 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2020, 14:00 WIB
Anak-anak pengunjung eduwisata Toyareja memetik kangkung di ladang, beberapa waktu lalu. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani)
Anak-anak pengunjung eduwisata Toyareja memetik kangkung di ladang, beberapa waktu lalu. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani)

Liputan6.com, Purbalingga - Berbuat untuk diri sendiri adalah keniscayaan bagi kebanyakan orang. Tetapi berbuat untuk kemaslahatan orang lain adalah jalan sunyi.

Tak banyak orang yang merelakan sebagian waktu dan energinya untuk menghadirkan manfaat bagi orang banyak. Dan Hadiah Rubiwahyuni (41), warga Purbalingga adalah satu dari sedikit yang menempuh jalan sunyi itu.

Yuni, begitu ia biasa disapa, tinggal di Kelurahan Toyareja, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga. Toyareja merupakan kelurahan yang terletak di pinggiran Kota Purbalingga.

Nyaris tak ada potensi ekonomi selain hamparan sawah dan saluran irigasi yang menjadi batas dengan kelurahan lain. Lurah dan aparat desa lainpun kesulitan mengambangkan inovasi kelurahan.

Yuni yang lahir dan besar di Toyareja mengaku resah dengan kondisi tanah kelahirannya. Keresahan itu mendorongnya memulai bertindak. Yuni mengumpulkan para pemuda dan mengajak mereka merintis wisata edukasi barbasis lingkungan.

Pencetus soto kelapa muda alias soto klamud Purbalingga ini menawarkan konsep tur wisata menjelajahi persawahan, peternakan, dan budidaya ikan untuk anak-anak TK. Yuni hendak menawarkan pengalaman kepada anak-anak bagaimana rasanya menjadi petani dan peternak.

Namun tak ada yang mudah bagi seorang pemula untuk mewujudkan gagasan itu. Pertama Yuni harus meyakinkan petani dan peternak untuk menjadi bagian dari rencananya. Hal ini ia akui sulit karena sikap para petani Purbalingga yang konservatif. Tak ada petani yang ingin siklus bertani sebagai jalan hidupnya terganggu.

Eduwisata untuk Anak-Anak

Anak-anak pengunjung eduwisata Toyareja menunjukkan bebek tangkapan mereka, beberapa waktu lalu. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani)
Anak-anak pengunjung eduwisata Toyareja menunjukkan bebek tangkapan mereka, beberapa waktu lalu. (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani)

"Susah meyakinkan petani. Mereka ragu, apa iya rencana saya bisa berhasil," kata Yuni.

Dari sekian banyak petani, hanya enam yang bersedia diajak bekerja sama. Enam ini menjadi modal awal untuk memulai rencananya.

Kendala berikutnya yaitu meyakinkan pemerintah kelurahan agar memberi dukungan fasilitas maupun pendanaan. Namun aparat kelurahan juga meragukan konsep wisata yang Yuni tawarkan.

"Mereka berpandangan tidak ada potensi wisata di Toyareja, misal seperti curug atau air terjun," ujar Yuni.

Meskipun tak mendapat banyak dukungan, Yuni tetap memulai rencananya. Satu persatu sekolah mengenal ekoeduwisata yang digagas Yuni. Puluhan anak diajak keliling persawahan menggunakan odong-odong yang juga milik warga Toyareja.

Di tengah perjalanan, anak-anak diajak turun ke sawah memetik kangkung. Anak-anak tampak menikmati berkubang lumpur sambil memanen kangkung.

"Masing-masing anak dioleh-oleh seikat kangkung seharga Rp2.000. Itu sudah masuk dalam biaya keseluruhan Rp40 ribu per orang," kata dia.

Setelah memetik kangkung, perjalanan berlanjut ke peternakan bebek. Di sini, anak-anak berlomba menangkap bebek di sawah. Satu ekor bebek dikejar 10 orang anak.

"Ada anak yang tadinya takut megang bebek, tapi setelah ramai-ramai menangkap bebek jadi berani," ujar dia.

Ekoeduwisata Percontohan Kabupaten Purbalingga

Tim juri lomba melukis caping menilai karya peserta yang dipajang di tepi sungai irigasi Kelurahan Toyareja, Kecamatan Purbalingga, Sabtu (11/1/2020). (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani)
Tim juri lomba melukis caping menilai karya peserta yang dipajang di tepi sungai irigasi Kelurahan Toyareja, Kecamatan Purbalingga, Sabtu (11/1/2020). (Foto: Liputan6.com/Rudal Afgani)

Setelah mengejar bebek, anak-anak diajak memberi makan ikan. Setelah itu dilanjutkan menangkap ikan dengan tangan kosong. Anak-anak membawa pulang ikan tangkapan mereka.

"Di akhir perjalanan, mereka diajak makan dengan menu ikan lele goreng dan tumis kangkung," kata dia.

Hingga tiga bulan ini, pengunjung ekoeduwisata ini telah mencapai seribu anak. Petani yang bersedia bergabungpun bertambah menjadi delapan orang. Sementara kelurahan yang semula memandang sebelah mata juga mulai membuka diri untuk memberi dukungan.

"Apa yang kami lakukan sesungguhnya untuk memberdayakan masyarakat agar kehidupan mereka lebih baik," Yuni mengungkapkan.

Kini ekoeduwisata yang digagas Yuni menjadi percontohan desa wisata di Purbalingga. Yuni kemudian mengembangkan usaha kecil dan menengah di Toyareja sebagai unsur pendukung desa wisata. Satu persatu potensi ekonomi tumbuh dan perlahan menggerakkan roda perekonomian desa.

Sabtu (11/1/2020) Yuni menggelar lomba melukis caping untuk siswa SD dan MI se-Purbalingga. Kegiatan ini untuk mengenalkan eduwisata Toyareja kepada para siswa di Purbalingga sekaligus peringatan hari lingkungan hidup.

Selain itu, pengunjung ke depan akan mengenakan caping yang telah dilukis dalam lomba ini.

"Ada 32 sekolah yang mengikuti lomba, juaranya Adelia Setiani dar SDN 1 Purbalingga," kata Arifa Nisrina, panitia lomba.

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya